FERMENTASI
MENTEGA
OLEH BAKTERI
STREPTOCOCCUS LACTIS
Mentega adalah massa bersifat
plastis dengan kandungan utamanya lemak susu yang dibuat dari susu yang
diperkaya dengan krim. Biasanya digunakan sebagai olesan roti
dan biskuit,
sebagai perantara lemak
di beberapa resep roti dan masakan,
dan terkadang bahan untuk menggoreng.
Pengganti mentega ialah margarin,
yang biasanya lebih murah, dan memiliki sedikit lemak
dan kolesterol.
Kandungan lemaknya berkisar 82-84%, air 14-16%, dan bahan padatan lainnya
(bahan lemak).
Mentega dipasarkan dalam krim manis
(sweet cream butter) atau krim asam (sour cream butter).
Perbedaan antara keduanya adalah cara pembuatnnya. Pada pembuatan mentega manis
tidak dilakukan penambahan bakteri pembentuk aroma dan pembentuk asam lemak,
sedangkan pada mentega asam dilakukan penambahan kedua jenis bakteri tersebut.
Dari segi pembuatannya, mentega
merupakan produk paling sederhana dalam kelompoknya. Krim susu dipekatkan dari
30-32% menjadi 30-40% sesuai dengan komposisi produk akhir yang diinginkan.
Pangadukan krim ini mengubah emulsi minyak dalam air menjadi tipe air dalam
minyak.
Pada pembuatan mentega,
mikroorganisme yang digunakan adalah Streptococcus lactis dan Leuconostoc
cremoris yang membantu proses pengasaman. Setelah itu, susu ditambah dengan
cita rasa tertentu, kemudian lemak mentega dipisahkan. Pengadukan lemak mentega
menghasilkan mentega yang siap santap.
AGROINDUSTRI MENTEGA
Mentega
(Butter) adalah produk berbahan baku susu ternak. Umumnya ternak ruminansia
(sapi, kerbau, kambing, domba, yak), dan juga mamalia besar lain seperti kuda,
keledai dan unta. Mentega dari bahan susu unta, biasa disebut minyak samin.
Meskipun minyak samin yang diproduksi di Indonesia, sebenarnya hanya margarin
dari CPO, yang diberi aroma minyak samin. Mentega dibedakan dari margarin.
Sebab margarin terbuat dari bahan minyak (lemak) nabati (tumbuh-tumbuhan).
Sementara mentega selalu terbuat dari susu, yang merupakan lemak hewani. Namun
demikian, masyarakat sering menyebut margarin sebagai mentega.
Sebutan ini tidak salah, sebab
margarin adalah subtitusi mentega. Hingga margarin juga disebut pula sebagai
mentega sintetis atau mentega tiruan. Meskipun sama-sama berbahan baku susu,
mentega juga beda dengan keju (cheese). Mentega adalah susu yang hanya diambil
lemaknya. Sementara keju dibuat dari seluruh bagian padat susu, yang terdiri
dari lemak, protein, karbohidrat, gula, dan lain-lain. Ada dua macam mentega.
Mentega tawar, dan mentega asin. Mentega bisa dikonsumsi langsung dengan roti,
bisa pula sebagai bahan pencampur kue, dan juga untuk menggoreng. Misalnya
dalam menu udang goreng mentega.
Mentega sudah diproduksi sejak 8000
sd. 9000 tahun SM. di Mesopotamia (sekarang Irak). Namun ketika mentega hanya
dibuat dari susu kambing dan domba. Sebab sapi baru dipelihara agak lebih
kemudian. Saat ini, India merupakan penghasil susu, sekaligus mentega terbesar
di dunia. Hasil susu segar India 91,4 juta ton per tahun. Separo dari hasil
susu itu diproduksi menjadi 1,4 juta ton mentega. Kadar air susu sekitar 88%.
Sementara kadar air mentega hanya 15%. Hampir seluruh produksi mentega India,
dikonsumsi sendiri. Hingga India juga merupakan konsumen mentega terbesar di
dunia.
Mentega produksi Indonesia sudah
masuk pasar swalayan, namun mentega impor dari New Zealand
juga masih ada. Mentega lokal yang beredar di pasaran, merupakan produksi
pabrikan. Sebenarnya mentega juga bisa diproduksi dalam skala rumah tangga.
Potensi produksi mentega ini ada di Pengalengan (Jawa Barat), Boyolali (Jawa
Tengah), dan Pujon (Jawa Timur). Di tiga kawasan ini, susu hasil peternakan
rakyat sering tidak tertampung oleh pabrik. Belakangan ini, susu rakyat
tersebut juga tidak mampu bersaing dengan susu impor. Dalam kondisi seperti ini,
agroindustri mentega menjadi salah satu alternatif.
Prinsip pembuatan mentega adalah
mengambil lemak nabati susu berupa krim. Karena tanpa threatment
(pasteurisasi), selama pengumpulan, krim susu ini akan menjadi masam, akibat
gula susu berubah menjadi lactic acid. Krim masam ini kemudian difermentasi
dengan bantuan bekteri Lactococcus dan Leuconostoc. Proses ini membuat mentega
tradisional beraroma sangat khas. Kadar air mentega tradisional, mencapai 30%.
Dalam proses pembuatan mentega secara modern, krim susu terlebih dahulu
dipasteurisasi, hingga tetap segar dan tidak menjadi masam. Baru kemudian krim
ini difermentasi dengan bantuan bakteri. Proses ini dilakukan secara massal
dalam industri modern.
Karena mentega bisa diproduksi
secara modern dan massal, maupun secara tradisional dalam skala rumah tangga,
maka komoditas ini potensial untuk dikembangkan di sentra-sentra peternakan,
yang jauh dari pabrik susu kemasan. Selama ini yang menjadi kendala utama
pengembangan ternak sapi perah adalah, lokasinya harus berdekatan dengan pabrik
susu. Hingga pemilihan lokasi sentra peternakan sapi perah di Pangalengan,
Boyolali, dan Pujon, karena mempertimbangkan faktor ini. Selain faktor
ketinggian tempat yang cocok untuk sapi perah, yakni di atas 1.000 m. dpl.
Tiga sentra peternakan sapi perah di
Jawa ini, memang memungkinkan pengumpulan dan pengangkutan susu secara efisien
ke pabrik. Kendalanya, di lokasi ini, volume hijauan pakan ternak sangat
terbatas. Akibatnya biaya produksi tiap liter susu menjadi sangat tidak bersaing
dengan peternakan sapi perah di negara maju. Harga susu lokal pun menjadi lebih
tinggi dibanding dengan susu impor. Meskipun rendahnya produktivitas ini juga
disebabkan oleh faktor induk, dan pengelolaan yang masih belum optimal. Dengan
pengembangan agroindustri mentega berskala rumah tangga, kendala ini akan bisa
diatasi.
Agroindustri mentega juga bisa
dikembangkan pada sentra peternakan kambing, domba, dan kerbau perah. Selama
ini domba, misalnya domba garut, hampir tidak pernah dimanfaatkan susunya.
Yang sudah lazim diperah barulah kambing, terutama kambing peranakan etawa
(PE), dan kerbau, terutama kerbau murrah. Hasil susu kambing PE ini juga masih
dipasarkan dalam bentuk segar. Padahal susu kambing, domba, dan kerbau, justru
lebih berpotensi untuk diolah menjadi mentega secara tradisional, dalam skala
rumah tangga, dibanding dengan susu sapi.
Kadar air susu sapi mencapai 87,8%,
kambing 88,9%, domba 83%, dan kerbau hanya 81,1%. Protein susu sapi 3,2%,
kambing 3,1%, domba 5,4%, dan kerbau 4,5%. Kadar lemak nabati susu sapi 3,9%,
kambing 3,5%, domba 6%, dan kerbau 8%. Karbohidrat susu sapi 4,8%, kambing
4,4%, domba 5,1%, dan kerbau 4,9%. Kandungan kolesterol
susu sapi 14%, kambing 10%, domba 11%, dan kerbau hanya 8%. Kandungan
lemak susu kambing, domba dan kerbau, jelas lebih tinggi dibanding kandungan
lemak susu sapi. Hingga hasil mentega susu kambing, domba dan kerbau, akan
lebih baik dibanding susu sapi.
Sebaliknya kandungan kolesterol susu
kambing, domba dan kerbau, justru lebih rendah dibanding kolesterol susu sapi.
Hingga kualitas susu atau mentega kambing, domba, dan kerbau, juga akan lebih
baik untuk kesehatan, dibanding dengan susu, dan mentega sapi. Potensi ini
belum diketahui oleh para peternak, masyarakat, bahkan juga pemerintah.
Terutama pemerintah daerah di sentra peternakan kambing, domba dan
kerbau. Program pengembangan agroindustri mentega, seharusnya segera
dimulai, oleh pemerintah daerah, dengan melibatkan Dinas Peternakan,
Perindustrian, dan sekaligus perdagangan.
Pembuatan Mentega Menggunakan Bakteri Lactococcus lactis
subsp.lactis
Mentega adalah dairy product yang diperoleh dengan churning (mengaduk) krim susu sampai mengeras. Lemak
susu di dalam susu berbentuk butiran mikro yang diselimutimembran fosfolipid
yang memisahkan butiran lemak susu satu dengan yang lain. Proses churning ini menghancurkan lapisan membran sehingga
butiran-butiran lemak susu bergabung membentuk padatan. Bahan utama pembuatan
mentega adalah krim yang memiliki kadar lemak antara 25 -45%. Krim diperoleh
dari susu sapi dengan menggunakan alat separator. Tahap pertama pembuatan
mentega adalah standarisasi komposisi krim yang dilanjutkan dengan
proses pasteurisasi krim (pasteurisasi adalah proses membunuh
mikroorganisme patogen dansebagian mikroorganisme perusak dengan menggunakan
pemanasan). Setelah dipasteurisasimaka krim
didinginkan, setelah itu tergantung pada jenis mentega yang akan dibuat, akan
adatiga jalur proses.Jalur yang pertama, mentega dibuat dari krim asam,
atau yang disebut dengancultured-cream butter. Proses ini berlangsung dengan
cara memfermentasikan bakteri Lactococcus lactis subsp. Lactis pada krim yang
ditumbuhkan didalam krim. Pada proses ini,media yang digunakan adalah krimnya
itu sendiri sehingga bakteri tidak perlu ditanam dala starter terlebih
dahulu, akan tetapi langsung ditanam kedalam krim.Jalur yang kedua, krim yang
digunakan tidak difermentasikan terlebih dahulu, akantetapi langsung diproses ketahap
yang selanjutnya.
Baik krim yang sudah difermentasi
maupun tidak kemudian dikocok dengan teknik tertentu secara mekanis dalam
wadah tertentu sampai terbentuk butiran-butiran lemak mentega dengan
diameter sekitar 2 mm. Proses pengocokan ini disebut dengan churning.
Dari proses churning selain dihasilkan butiran lemak mentega dengan kadar
air sekitar 30% jugasusu mentega
(buttermilk) yang berupa cairan. Proses churning kemudian dilanjutkan sampaiterbentuk
mentega dengan kadar air antara 15 - 19% dan kadar lemak 81 - 85%. Setelah itu,mentega yang diperoleh diuleni (kneading).Jalur
yang ketiga hampir sama dengan cara pembuatan mentega pada jalur yang
kedua,akan tetapi setelah butiran mentega jadi (dengan kadar air 13.5 - 14.5%)
kemudian ada prosestambahan yaitu fermentasi butiran mentega dimana dalam hal
ini sebanyak 3-4% starter yang berisi bakteri Lactococcus lactis
subsp. Lactis ditambahkan kedalam butiran mentega. Karakterisasi Bakteri
Lactococcus lactis subsp. Lactis Bakteri
gram positif, suhu optimal 30oC, kokus (biasanya diplokokus). Koloni berbentuk rantai
pendek, anaerob fakultatif, berbau. Pertumbuhannya
sangat cepat pada medium susu dan mampu menghidrolisis kaseinsusu dengan
enzim proteinase ekstraseluler dan mengkonversi laktosa secarahomofermentatif
menjadi asam laktat.Memiliki mekanisme pertahanan terhadap stres lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar