BAMBU BUNTU

Selasa, 29 Januari 2013

Contoh Permasalahan Pemuda dan Sosialisasi


Kaum muda senantiasa mengambil peran menentukan dalam perjalanan sejarah bangsa. Pada masa penjajahan, kaum muda dari berbagai daerah di Nusantara menyemai bibit persatuan dan kesatuan dalam bingkai “Soempah Pemoeda” (1928). Lalu di masa kemerdekaan, kaum muda tampil sebagai generasi pembebas, sehingga revolusi 1945 dikenal sebagai “Revolusi Pemuda”.
Demikian pula di tahun 1966, kaum muda memelopori peralihan kekuasaan dari Orde Lama yang penuh pertikaian ke era Orde Baru yang mengutamakan ketertiban. Namun penyimpangan kekuasaan cenderung berulang, sehingga pada tahun 1998, kaum muda bergerak kembali meluruskan arus reformasi kehidupan bangsa dan negara.Pemuda merupakan generasi muda yang akan memegang perananan identitas bangsa .
Sosialisasi adalah proses seorang indvidu melakukan komunikasi untuk mengerti dan belajar Sosialisasi sangat penting karena manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bias hidup tanpa orang lain, selain itu dengan bersosialisasiseorang individu juga dapat mengetahui atau mengerti atau mempelajari hal hal yang sebelumnya tidak dia ketahui. Sosialisasitelah dilatih atau ditanamkan dalam diri kita sejak kecil oleh orang tua atau pun yang mengasuh kita, karena itu lingkungan keluarga menjadi lingkungan pertama atau yang paling penting dalam pembentukkan karakter individu tersebut yang nantinya mempengaruhi bagaimana cara dia bersosialisasi.
Dengan bersosialisasi kita jadi lebih mengetahui dan hal ini juga berdampak pada diri kita baik dampak baik maupun dampak buruk. Banyak manfaat yang bisa didapat dari sosialisasi karena itu sosialisasi sangat penting bagi pemuda.Contoh Sosialisasi yang terjadi Antar teman pergaulan Indra dan Euis bersahabat sejak SD, nilai Euis selalu yang terbaik dikelas, sedang kan nilai Indra termasuk rata rata kebawah. Mereka sama sama popular karena Euis yang terkenal pintar dan Indra yang terkenal bersahabat atau bersosialisanya tinggi. Lalu mereka sepakat masuk ke Universitas yang sama dan program studi yang di ambil sama juga. Indra popular di Universitas karena sangat bersahabat dengan semua orang, dia disukai semua anak di Universitas itu. 
Awal perkuliahan Indra dan Euis masih bersahabat akrab, namun saat hasil ujian diberitahukan Euis sangat syock karena nilainya jelek dan  nilai Indra jauh lebih baik darinya. Sejak itu Euis mulai menghidari Indra, Indra bingung dan selalu menayakan atau mencari tau kenapa dia sulit menghubungi Euis. Akhirnya Indra sadar jika Euis mengcuekinya. Setelah bersusah payah akhirnya Indra bisa menemui Euis dan bertanya langsung kenapa Euis menjauhi nya. Setelah terus menerus didesak akhirnya Euis mengaku bahwa dia minder menjadi teman Indra yang popular dan disukai banyak orang , selama ini Euis percaya diri untuk menjadi teman Indra karena nilai nya selalu jauh lebih bagus. Seharusnya Euis dapat menerima bahwa sesungguh nya tiap manusai itu berbeda beda dan memiliki kekurangan dan kelebihannya, seharuasnya Euis tidak perlu minder karena hal tersebut karena bagaimana pun bagi Indra , Euis adalah sahabatnya dan dia tidak mungkin begitu saja meninggalkan sahabatnya karena sahabatnya mengalami down. Euis harus jujur dan mengakui dalam diri tiap orang memiliki potensi yang berbeda beda.

Kata Penghubung Konjungsi


Nama : Esty Yurika Sandova
Kelas : XII IPA 3
Kata Penghubung (Konjungsi)
A.    Pengertian Kata Penghubung
Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102).

B.    Jenis-jenis Kata Penghubung
Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:
Ø  Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara.
Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:
·         Menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
Contoh : Ibu dan ayah pergi ke pasar
·          Menggabungkan memilih, yaitu atau.
·         Menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.
Contoh : Semua usaha sudah ia lakukan, tetapi hasil yang ia dapat belum memuaskan
·         menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
Contoh : Ani bukan seorang pecandu masakan Padang, melainkan pecandu masakan Palembang.
·         menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
Contoh : Orang itu sangat sensitif. Ini tidak baik. Segala sesuatu yang berlebihan cenderung negatif. Lagi pula, sifat sensitif  tidak tepat untuknya karena ia seorang lelaki.
·         menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
·          menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
·          menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
·          menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.

Ø  Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat.
Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
·         menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
·         menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
·          menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
·         menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
Contoh : Ketika semua telah terjadi, barulah penyesalan itu datang.
·         menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
·         menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
·         menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
·          menyatakan tempat, yaitu tempat.

Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
Ø  Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh:
·         dan penanda hubungan penambahan
·         serta penanda hubungan pendampingan
·         atau penanda hubungan pemilihan
·         tetapi penanda hubungan perlawanan
·         melainkan penanda hubungan perlawanan
·         padahal penanda hubungan pertentangan
·         sedangkan penanda hubungan pertentangan

Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
·         Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
·         Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
·         Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
·         Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
·          Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.

Ø  Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
·         Konjungsi suordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
·         Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
·         Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
·         Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
·         Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
·         Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
·         Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
Contoh : Ia telah bekerja keras. Siang malam ia mencari uang untuk sekolah anaknya. Oleh karena itu, tidak ada anaknya yang tidak berhasil.
·         Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
Contoh : Sedemikian rupa ia merancang kegiatan itu, sehingga sangat sulit ditemukan kekurangannya.
·         Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
·         Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
·         Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa
·         Konjungsi suboerdinatif atributif: yang
·          Konjungsi subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada)


Perkembangan Pers di Indonesia


Perkembangan Pers di Indonesia
a.       Pers di Masa Penjajahan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
. Di Zaman pendudukan Jepang yang totaliter dan fasistis, orang-orang surat kabar (pers) Indonesia banyak yang berjuang tidak dengan ketajaman penanya tetapi melalui organisasi keagamaan, pendidikan, politik, sebab kehidupan pers pada zaman Jepang sangat tertekan. Surat kabar yang beredar pada zaman penjajahan Belanda dilarang beredar.
Pada era ini pers Indonesia mengalami kemajuan dalam hal teknis namun juga mulai diberlakukannya izin penerbitan pers. Selain itu Jepang juga mendirikan Jawa Shinbun Kai dan cabang kantor berita Domei dengan menggabungkan dua kantor berita yang ada di Indonesia yakni Aneta dan Antara. Beberapa harian yang muncul antara lain:
1.       Asia Raya di Jakarta
2.       Sinar Baru di Semarang
3.       Suara Asia di Surabaya
4.       Tjahaya di Bandung
Pers nasional masa pendudukan Jepang mengalami penderitaan dan pengekangan lebih dari zaman Belanda. Namun ada beberapa keuntungan bagi wartawan atau insan pers yang bekerja pada penerbitan Jepang, antara lain:
·         Pengalaman karyawan pers Indonesia bertambah. Fasilitas dan alat yang digunakan jauh lebih banyak daripada pada masa Belanda.
·         Penggunaan bahasa Indonesia makin sering dan luas. Karena bahasa Belanda berusaha dihapus oleh Jepang, hal ini yang nantinya membantu bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa nasional.
·         Adanya pengajaran bagi rakyat agar berpikir kritis terhadap berita yang disajikan oleh sumber resmi Jepang. Kekejaman dan penderitaan yang dialami pada masa Jepang memudahkan pemimpin bangsa memberi semangat untuk melawan penjajah.
Beberapa hari setelah teks proklamasi dikumandangan oleh Bung Karno, telah terjadi perebutan terhadap perusahaan Koran Jepang, seperti Soeara Asia di Surabaya, Tjahaja di Bandung, dan Sinar Baroe di semarang.  Koran-koran tersebut pada tanggal 19 Agustus 1945 memuat berita sekitar Kemerdekaan Indonesia, Teks Proklamasi, Pembukaan UUD, Lagu Indonesia Raya.  Sejak saat itu Koran dijadikan alat mempropagandakan kemerdekaan Indonesia, walaupun masih mendapat ancaman dari tentara Jepang.

b.      Pers di Masa Revolusi Fisik
Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita. Pada saat itu bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih tanggal 17 Agustus 1945. Belanda ingin kembali menduduki Indonesia, sehingga terjadi perang mempertahankan kemerdekaan. Saat itu pers terbagi menjadi dua golongan yaitu:
1.       Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara Sekutu dan Belanda yang dinamakan
Pers Nica (Belanda).
2.       Pers yang terbit dan diusahakan oleh orang Indonesia atau disebut Pers Republik.
Kedua golongan ini sangat berlawanan. Pers Republik yang disuarakan kaum Republik berisi semangat mempertahankan kemerdekaan dan menentang usaha pendudukan sekutu. Pers Nica berusaha mempengaruhi rakyat agar menerima kembali Belanda. Contoh koran Republik yang muncul antara lain: Harian Merdeka, Sumber, Pemandangan, Kedaulatan Rakyat, Nasional, dan Pedoman. Pers Nica antara lain: Warta Indonesia di Jakarta, Persatuan di Bandung, Suluh Rakyat di Semarang, Pelita Rakyat di Surabaya, dan Mustika di Medan.
Pada masa ini Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Pengusaha Surat Kabar (SPS) lahir. Kedua organisasi ini mempunyai kedudukan penting dalam sejarah pers Indonesia.
Untuk menangani pers, pemerintah membentuk Dewan Pers pada tanggal 17 Maret 1959. Dewan tersebut terdiri dari orang-orang persuratkabaran, cendekiawan, dan pejabat pemerintah, dengan tugas:
·         Penggantian undang-undang pers kolonial.
·         Pemberian dasar sosial-ekonomis yang lebih kuat kepada pers Indonesia (artinya fasilitas kredit dan mungkin juga bantuan pemerintah).
·         Peningkatan mutu jurnalisme Indonesia.
·         Pengaturan yang memadai tentang kedudukan sosial dan hukum bagi wartawan Indonesia (tingkat hidup dan tingkat gaji, perlindungan hukum, etika jurnalistik, dll).
Namun, akibat kekuasaan pemerintah yang tidak terlawan, organisasi-organisasi pers tidak berkutik. Tidak tampak bahwa lembaga-lembaga ini behasil membelokkan jalannya kegiatan-kegiatan antipers secara berarti.