BAMBU BUNTU

Sabtu, 27 Oktober 2012



MEMBANDINGKAN  UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL DAN HIKAYAT

DI SUSUN OLEH:
WINDA LIFTIANA SARI
XI IPA 1

SMA NEGERI 1 SIAK








 NOVEL
Maryamah Karpov”

Maryamah Karpov  adalah novel keempat dari tetralogi Laskar Pelangi.
Buku ini berkisah tentang kisah kehidupan dan pencarian A Ling yaitu cinta sejati Ikal walaupun akhirnya tidak terlalu bahagia.
Pada bagian awal buku ini diceritakan kisah Ikal yang telah lulus dari Universitas Sorbonne, Farewell Party-nya di Prancis juga pada saat Ikal sampai di Belitong. Setelah menyelesaikan S2 di Sorbone University Prancis, Ikal kembali ke tanah kelahirannya di pulau Belitong. Kerinduan! Itulah alasan yang mendasar kenapa Ikal kembali ke Belitong. Ia rindu kepada orang tuanya, rindu kepada Arai sepupu jauh Ikal, rindu kepada masyarakat Belitong, rindu dengan alam Belitong dan lebih dari itu, ia rindu pada gadis impiannya yaitu A Ling.
 perjalanan dari Jakarta ke rumahnya di Belitong, dilalui Ikal dengan penuh perjuangan dan rasa letih. Tapi semua itu pudar karena ia begitu merindukan ayahnya. Lelaki pendiam itu sangat istemewa bagi Ikal. Bahkan, Ikal mempersiapkan penampilan terbaiknya untuk bertemu dengan ayahnya. Ikal mengenakan pakaian pelayan resotoran ketika bekerja di Perancis dulu. Ketika bertemu dengan ayah, ibunya dan Arai, rasa haru tak dapat terbendung lagi. Betapa Ikal sangat merindukan saat ini. Saat bertemu dengan orang-orang yang dicintainya.
Pulau Belitong tak seperti dulu lagi, masyarakat Belitong terpuruk setelah pabrik timah gulung tikar. Walaupun demikian, suasana Belitong tak jauh berbeda dibandingkan saat Ikal melanjutkan studinya ke Perancis. Masyarakat Belitong masih gemar membual, minum kopi ke warung, dan sangat menyukai taruhan.
Lalu cerita dengan kehadiran seorang dokter gigi dari Jakarta yang bernama dokter Budi Ardiaz. Ia adalah wanita kaya dan sebenarnya bisa hidup nyaman di Jakarta. Akan tetapi, karena idealismenya, ia mengabdikan dirinya sebagai dokter di tanah Melayu, Belitong. Namun sayangnya, setelah berbulan-bulan membuka praktek, tak ada satupun masyarakat yang mau berobat padanya. Masyarakat lebih senang berobat ke dukun gigi dengan alasan bahwa mulut adalah sesuatu yang sensitif seperti kelamin. Jadi, tak boleh sembarangan memasukkan tangan ke dalam mulut kecuali muhrim. Kenyataan ini, membuat kepala kampung Karmun geram dan memaksa masyarakat untuk berobat pada dokter Diaz. Tapi sayang, masyarakat tetap kekeh dengan prinsip yang telah mereka pegang.
Selanjutnya, diceritakan bahwa masyarakat Belitong menemukan dua jenazah yang terapung di air. Kejadian itu mengagetkan masyarakat khususnya Ikal. Terlebih, jenazah itu memiliki tato kupu-kupu mirip tato A Ling. Konon kabarnya, dua jenazah tersebut tewas karena mencoba melarikan diri dari kawanan perampok yang bengis di pulau Betuan. Hal ini membuat Ikal meyakini bahwa A Ling merupakan salah satu penumpang kapal ke pulau Betuan. Ikal berniat ke pulau Betuan untuk menemukan A Ling. Tapi tidak ad.a yang mau membantunya. Malah, masyarakat melarang Ikal untuk berlayar ke pulau Betuan. Pulau itu sangat berbahaya, jika mau ke sana jangan harap untuk bisa balik lagi. Ikal tidak menyerah.     
Motivasi terbesar kenapa ia berusaha keras untuk bisa berlayar ke pulau Betuan adalah demi cinta. Niat Ikal untuk berlayar akhirnya dibantu oleh sahabat-sahabatnya (Laskar Pelangi) yang kini telah tumbuh dewasa dengan profesi beragam. Lintang dan Mahar memiliki peran yang besar dalam masalah ini. Dengan modal semangat, bantuan dari sahabat-sahabatnya, dan sedikit ilmu, Ikal mampu membuat sebuah kapal yang hebat. Kapal itu diberi nama “Mimpi-mimpi Lintang”. Walaupun Ikal telah berhasil membuat kapal, masih saja orang-orang mencemoohkannya dan tak ayal Ikal menjadi objek taruhan masyarakat Belitong. Tapi itu semua tidak menjadi penghambat untuk Ikal. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Ikal. Bahkan, Ikal membuat orang terkagum-kagum dengan perjuangan hebatnya.
Setelah berhasil membuat sebuah kapal yang hebat, Ikal berangkat ke pulau Betuan bersama Mahar, Chung Fa dan Kalimut. Mereka memiliki misi-misi yang berbeda untuk berlayar ke pulau Betuan. Selama perjalanan menuju pulau Betuan, banyak sekali rintangan yang harus mereka tempuh. Mulai dari angin laut, pembajak sadis, dan dunia mistik. Tapi semua rintangan itu dapat ia lewati. Akhirnya, Ikal dapat menemukan cinta sejatinya yang telah ia cari bertahun-tahun lamanya. Bahkan separuh benua telah ia tempuh untuk menemukan A Ling.
Lalu Ikal membawa A Ling pulang ke Belitong. Mereka berdua berniat untuk menikah. Ikalpun meminta izin kepada keluarga A Ling agar diizinkan meminang A Ling. Keluarga A Ling pun menyetujuinya. Tapi sayangnya, ayah Ikal tidak menyetujui anak bujangnya meminang A Ling

2.   HIKAYAT
“Malim Deman”

Malim deman adalah putra raja dari bandan muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya. Setelah besar, malim deman bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya. Dengan pengiring yang banyak, pergilah malim Deman ke rumah nenek kebayan. Dengan bantuan nenek kebayan juga, ia berhasil mencuri baju layang putri bungsu, sehingga puteri Bungsu tidak dapat kembali ke kayangan. Nenek kebayan lalu mengawinkan mereka.
Maka berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar. Jamuan makanan besar-besaran lalu di adakan. Malim Deman juga ditabalkan menjadi raja. Tidak lama kemudian Malin Deman gering, lalu mangkat. Sejak kematian ayahhanda, Malim Deman lali memerintah negeri. Setiap hari ia asyik menyambung ayam saja. Dalam keadaan yang demikian, Puteri Bungsu pun melahirkan seorang anak yang diberi nama Malim Dewana. Akhirnya Malim Dewana besarlah, tetapi Malim Deman tetap tidak mau kembali ke istana melihat puteranya. Putri Bungsu sangat masyghul hatinya. Kebetulan pula ia menemukan kembali baju layangnya. Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malim Dewana.
Sepeninggal Puteri Bungsu,  barulah Malim Deman menyesal. Tujuh hari tujuh malam  ia tidak beradu, tidak santap, leka dengan menangis saja. Akhirnya ia berazam pergi mendapatkan istri dan anaknya kembali. Dengan susah payah, sampailah ia ke rumah nenek kebayan dan bertanya dimana diperoleh burung borak yang  dapat membawanya kekayangan. Dengan bantuan nenek kebayan, tahulah ia bahwa Puteri Terus Mata ada menyimpan burung borak. Raja jin bersedia meminjamkan burung borak kepada Malim Deman dengan syarat bahwa Malim Deman harus kawin dengan anaknya yaitu Puteri Terus Mata. Malim Deman menyanggupi hal ini.
Sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Deman mengalahkan Mambang Molek dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara keduanya. Mambang Molek terbunuh. Sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun kembali ke dunia semula. Perkawinan dengan Puteri Terus Mata lalu diadakan.
Hatta Malim Deman pun menjadi seorang raja yang sangat bijaksana lagi gagah berani. Dan baginda katiga laki istri juga sangat sayang kepada Puteranya
PERBANDINGAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
PADA NOVEL DAN HIKAYAT

A). UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL
(A.1)Unsur Intrinsik
1.  Tema
ð  Tema yang diambil dalam  novel “Maryamah Karpov” adalah tentang pengorbanan cinta seseorang kepada orang-orang yang  ia sayangi, termasuk sang dambaan hati.
                                     
2.  Penokohan
ð  Ikal                        :Selalu ingin tahu
Bukti                     :”aku penasaran ingin tahu”, ucapnya.
{halaman 151}

ð  Ayah                     :Berbesar hati
Bukti                     :Namun tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Sejurus kemudian ia berjalan menuju kawan-kawannya. Ayah menyalami mereka satu per satu untuk mengucapkan selamat
{halaman 11}

ð    Ibu                       :Sabar
Bukti                     :Menunduk, tekun, tak banyak cincong.
{halaman 14}

ð    Arai                     :Penakut
Bukti                     :Rasanya ingin aku terkencing-kencing. Aku dan Arai tak berani mendekat.
{halaman 159}

ð    Lintang                :Pintar
Bukti                     :Aku merinding mendengarnya. Betapa spektakuler ide ini. {halaman 330}

ð    A Ling                 :Cantik
Bukti                     :Namun, jika cantik-A Ling contonya-tatapannya mampu mencairkan tembaga.

ð  Mahar                     :Tidak putus asa
Bukti                     :Akhirnya, Mahar tanpa putus asa hanya tinggal satu harapan lagi yaitu bungkusan yang selalu dibawanya kemana-mana.
 {halaman 407} 

ð  Kalimut                 :Gigih
Bukti                     :Sekecil itu ia telah mencari nafkah.
{halaman 364}

ð  Tuk Bayan Tula    :Sombong
Bukti                     :Tidak mau memalingkan wajah.
                              {halaman 406}


3.  Latar/setting
ð  Latar Waktu
Pada novel “Maryamah Karpov” penulis menceritakan semua kejadian yang dialami penulis ketika berumur 24 tahun. Dimana ketika penulis sudah selesai menempuh mata kuliahnya di salah satu Unversitas bagus di Paris. Di dalam cerita di ceritakan kemudian hari-harinya dijalani penulis di tanah Indonesia yakni di Belitong hingga berumur 25 tahun.
ð  Latar Tempat  
Pada novel “Maryamah Karpov” penulis banyak melakukan setting tempat di Belitong. Setting tempat yang biasa terpakai adalah rumah Ikal, rumah Zakiah, Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi, Sungai Linggang, dermaga, Pulau Batuan, Pasar Ikan, Sekolah Dasar Laskar Pelangi, Toko Harapan Bangsa, rumah Puniai, dan lain sebagainya.
ð  Latar Suasana

Latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut ada penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel :



*      Suasana senang
Ikal dapat menemukan cinta sejatinya yang telah ia cari bertahun-tahun lamanya”


*      Suasana sedih
“Tapi sayangnya, ayah Ikal tidak menyetujui anak bujangnya meminang A Ling”.


4.  Alur
ð  Campuran.
Bukti   : “sungguh menyedihkan keadaan sekolah kami sekarang. Dulu ia dikucilkan zaman, sekarang ia masih senyam sendirian. Kami tertegun bergandengan tangan. Tak seorang pun bicara karena kami terlena mendengar suara Bu Muslimah dari dalam kelas itu, gelak tawa, sedan tangis,bait-bait puisi, dan dialog sandiwara kami dulu. Lalu mengalun suara kecil Lintang menyanyikan lagu Padamu Negeri, hanya untuk menyanyikan satu lagu itu saja ia dengan gagah berani mengayuh sepeda empat puluh kilometer. Dari rumahnya di pinggir laut: Di kelas itu, meski suaranya sumbang, ia bersenandung sepenuh jiwa.”

Eksposisi (Pendahuluan) :
 ketika sang penulis merindukan seseorang yang ia sayangi.
 Bukti:
“Sesuatu kembali menyesaki dadaku. Aku ingin mengayuh sepeda kencang-kencang   melewati took itu, tetapi aku tak mampu beranjak. Hatiku terendam air mata rindu,sungguh rindu, sampai rasanya aku membeku. Kemana lagi aku harus mencari A Ling? Semua tempat telah kutempuh, semua orang telah kutanya, tak ada kabar beritanya, tak tahu rimbanya.” (halaman 195)
                  
Komplikasi (permasalahan) :
Ketika sang penulis di anggap sakit jiwa.
Bukti:
“Pisang-pisang kipas bernyawa, tiang-tiang bendera bertelinga. Tak tahu dari siapa, berita aku akan membuat perahu menyebar kemana-mana, dan aku dituduh sakit jiwa. Sampa-sampai aku tak berani melintas di pasar karena tak tahan berhari-hari dicela.”
(halaman 237)


Tahap peningkatan konflik :
“Dengan aba-aba dari Lintang, pompa dihidupkan. Percobaan pertama, dan ternyata gagal. Sebab, ternyata sangat susah menggosongkan drum secara simultan. Empat drum melonjak ke permukaan, jelas tak mampu menggerakkan perhu sedikitpun. Perahu itu sangat berat seperti sebuah panser yang terbenam. Eksyen dan komplotannya berteriak-teriak girang melihat kami gagal.”


Klimaks (puncak permasalahan) :
“Sementara perahu-perahu anak buah Tambok makin dekat. Lalu kudengar letupan-letupan senapan. Merekan menembaki perahu kami dengan senapan rakitan. Mahar menaikkan layar dan aku memutar haluan. Tujuan kami adalah timur dan angin barat serta merta mendorong kami.

Penyelesaian :
“Di tengah hamparan ilalang, A Ling berdiri sendirian menunggu. Kami hanya diam, tapi A ling tahu apa yang telah terjadi. Ia terpaku lalu luruh. Ia bersimpuh dan memeluk lututnya. Matanya semerah naga. Ia sensenggukan sambil meremas ilalang tajam. Seakan tak ia rasakan darah menguncur di telapaknya. Ia menarik putus kalungnya, menggulungkan lengan bajunya, dan memperlihatkan rajah kupu-kupu hitam di bawah sinar bulan. Ku katakan padanya bahwa aku tak’kan menyerah pada apapun untuknya dan akan ada lagi perahu berangkat ke Batuan. Ku katakan padanya, aku akan membawanya naik perahu itu dan kami akan melintasi Selat Singapura.

    5.Sudut Pandang
ð  Sudut pandang yang di gunakan dalam novel “Maryamah Karpov” adalan sudut pandang orang pertama pelaku  utama.

    6.Gaya Bahasa                       
ð  Penggunaan bahasa novel ‘Maryamah Karpov” menggunakan bahasa yang baku.
ð  Menggunakan majas atau ungkapan, contoh :
“Tatapannya mampu mencairkan tembaga”




      7.Amanat 
ð  Kita sepatutnya memperjuangkan cinta demi kebahagiaan hidup ini, walaupun cara untuk memperjuangkan cinta itu penuh dengan pengorbanan
ð  Jangan takut untuk bermimpi. Semua yang kita impikan pasti akan terwujud asal kita berusaha untuk mewujudkannya.
ð   Menurut ketentuan agama, tak boleh mendiamkan orangtua bertanya lebih dari tiga kali.

(A.2) Unsur Ekstrinsik

v Latar Sosial
kehidupan masyarakat yang ada pada kehidupan penulis yaitu kebiasaan atau adat istiadat dari warga Belitong tersebut yang merupakan tanah kelahirannya. Kehidupan sosial masyarakat sana cenderung obsesif. Seperti yang dilakukan penulis dalam cerita.

v Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Maryamah Karpov” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya.

v  Latar Belakang Ekonomi
Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu.

Kelebihan : Banyak hal- hal yang menarik dalam cerita novel tersebut.





B). UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
(B.1) Unsur Intrinsik
1. Tema
ð  Tema yang diambil dalam  hikayat “Malim Deman” adalah tentang Kehidupan seorang raja.


2.      Penokohan
ð  Malim Deman                   :Bijaksana.
Bukti                                   :“Malim Deman adalah putera raja dari Bandar Muar yang  sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”

ð  Nenek Kebayan                :Penolong.
Bukti                            :Dengan bantuan nenek kebayan juga, ia berasil mencuri selendang putri bungsu.

ð  Putri Bungsu                     : Mudah tersinggung atau mudah marah.
Bukti                                   : “Puteri Bungsu sangat masyghul hatinya”

ð  Raja Jin                             : Licik.
Bukti                            : Raja jin bersedia meminjamkan burung borak kepada   Malin Deman dengan syarat . . .”

ð  Malim Dewana                  : Penurut.
Bukti                                   : Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malim Dewana”.

3.  Latar/Setting

v Latar Tempat :
·         Bandar Muar
“selang berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”
·         Rumah  Nenek Kebayan
“akhirnya, sampailah ia kerumah nenek Kebayan”
·         Kayangan
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu . . .”

v Latar Suasana :
·         Suasana Menegangkan :
Malim Deman mengalahkan mambang molek dengan menyambung ayam, maka timbullah  pertikaman antara keduanya”
·         Suasana Senang:
Sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun kembali ke dunia semula


4.         Alur
ð  Maju
-          Ekposisi (Tahap perkenalan):
“Malim deman adalah putera raja dari Bandar Muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”

-          Penampilan Permasalahan:
“setelah besar, Malim Deman bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya

-          Komplikasi (Tahap Permasalah) :
“puteri bungsu sangat masyghul hatinya. Kebetulan pula ia menemukan kembali baju kayangan. Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malin Dewana”

-          Tahap Klimaks :
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Deman mengalahkan Mambang dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara keduanya”

-          Tahap Ketegangan Menurun:
“sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun ke dunia semula”.



5.    Sudut Pandang

Ø  “Akhirnya, sampailah ia kerumah nenek kebayan
Dari data di atas digambarkan bahwa penulis menggunakan Sudut pandang orang ketiga serba tahu.



6. Gaya Bahasa
Ø  Penggunaan bahasanya sulit di mengerti.
Ø  Menggunakan bahasa melayu kuno.
Ø  Menggunakan kata penghubung maka dalam awal kalimat, contoh:
Maka berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”.

7.  Amanat
Ø  Keluarga itu sangat penting dalam  kehidupan  kita, jadi jangan kita sia-siakan keluarga kita tersebut.
Ø  Saling tolong-menolonglah  terhadap sesama, tetapi jangan tolong-menolong dalam berbuat kejahatan.
Ø  Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.



(B.2) Unsur Ekstrinsik
v  Nilai Pendidikan
-          Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.

v  Nilai Moral
-          Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.

v  Nilai Budaya
-          Kita harus saling menghormati terhadap sesama.






C).  PERBEDAAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL DAN
       HIKAYAT

(C.1) Perbedaan Unsur Intrinsik Novel dan Hikayat

Perbedaan unsur intrinsik yang paling menonjol antara novel “Maryamah Karpov” dengan hikayat  “Malim Deman” adalah  gaya bahasanya. Yakni, susunan kalimat, pilihan kata dan ekspresi bahasa. Novel ini cenderung di tulis dengan susunan kalimat yang efektif, kominikatif dan menggunakan bahasa yang baku.
Adapun hikayat “Malim Deman” ini, susunan kalimat nya panjang-panjang, bertele-tele dalam mengungkapkan sesuatu, dan menggunakan bahasa melayu kuno yang sulit di mengerti.
Perbedaan lainya, terdapat pada:

ð   Tema (novel “Maryamah Karpov” tentang pengorbanan cinta seseorang kepada orang-orang yang  ia sayangi, termasuk sang dambaan hati. Sedangkan hikayat “Malim Deman” adalah tentang Kehidupan  seorang raja).
ð   Penokohan  (novel “Maryamah Karpov” tokoh yang dijelaskan wataknya ada 9 orang, sedangkan pada hikayat “Malim Deman”  tokoh yang di jelaskan wataknya hanya 5 orang).
ð   Latar/setting, bagian latar waktu  ( novel “Maryamah Karpov” latar waktu nya diketahui secara jelas, sedangkan pada hikayat “Malim Deman” latar waktunya tidak diketahui secara jelas).
ð   Alur (novel “Maryamah Karpov” alur yang digunakan adalah alur campuran, sedangkan pada hikayat “Malim Deman”  alur yang digunakan adalah alur maju).
ð   Sudut pandang, (novel “Maryamah Karpov” menggunakan sudut pandang  orang pertama pelaku utama, sedangkan pada  hikayat “Malim Deman” menggunakan  sudut pandang  orang ketiga serba tahu).
ð   Amanat, ( amanat yang disampaikan antara novel  “Maryamah Karpov”  dengan hikayat “Malim Deman”pun berbeda).



(C.2) Perbedaan Unsur Ekstrinsik Novel dan Hikayat
            Unsur ekstrinsik novel “Maryamah karpov” hanya menjelaskan tentang:
Ø  Latar sosial
Ø  Latar belakang tempat tinggal
Ø  Latar belakang ekonomi

Sedangkan unsur ekstrinsik  pada hikayat “Malim Deman” hanya menjelaskan tentang:
Ø  Nilai moral
Ø  Nilai pendidikan
Ø  Nilai budaya


D). PERSAMAAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL DAN
      HIKAYAT

(D.1) Persamaan Unsur Intrinsik Novel dan Hikayat
            Persamaan unsur intrinsik antara novel “Maryamah Karpov” dengan  hikayat “Malim Deman”  terletetak pada urutan sistematika nya. yakni:
Ø  Tema
Ø  Penokohan
Ø  Latar/setting
Ø  Alur
Ø  Sudut pandang
Ø  Gaya bahasa
Ø  Amanat
Persamaan lainya terletak pada latar/setting.  Novel  “Maryamah Karpov” dengan  hikayat “Malim Deman” sama-sama  terdapat latar tempat dan  latar  suasana.
           
(D.2) Persamaan Unsur Ekstrinsik Novel dan Hikayat

Dari data yang saya dapatkan, ternyata tidak ada persamaan unsur ekstrinsik antara novel  “Maryamah Karpov” dengan  hikayat “Malim Deman”.





E). KESIMPULAN
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban.
Novel dan hikayat merupakan karya sastra yang  memiliki persamaan dan perbedaan pada unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik nya. Adapun persamaan unsur intrinsik nya terdapat pada penyusunan sistematikanya. Di mulai dari; tema, penokohan, alur, latar/settting, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat.
Perbedaan unsur intrinsik yang paling menonjol antara novel dengan hikayat adalah  gaya bahasanya. Yakni, susunan kalimat, pilihan kata dan ekspresi bahasa. Novel cenderung di tulis dengan susunan kalimat yang efektif, kominikatif dan menggunakan bahasa yang baku. Sedangkan hikayat, susunan kalimat nya panjang-panjang, menggunakan bahasa istana, bertele-tele dalam mengungkapkan sesuatu, dan menggunakan bahasa melayu kuno yang sulit di mengerti

Tidak ada komentar: