A. SINOPSIS
NOVEL DAN HIKAYAT
NOVEL LASKAR PELANGI
Cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung,
Belitong Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan
oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak.
Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat
ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah,
Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Ada 3 alasan mengapa para orangtua mendaftarkan anaknya di sekolah Muhammadiyah. Pertama, karena sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apa pun, para orangtua hanya menyumbang sukarela semampu mereka. Kedua, karena firasat, anak-anak mereka dianggap memiliki karakter yang mudah disesatkan iblis sehingga sejak usia muda harus mendapatkan pendadaran Islam yang tangguh. Ketiga, karena anaknya memang tidak diterima di sekolah mana pun.
Ada 3 alasan mengapa para orangtua mendaftarkan anaknya di sekolah Muhammadiyah. Pertama, karena sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apa pun, para orangtua hanya menyumbang sukarela semampu mereka. Kedua, karena firasat, anak-anak mereka dianggap memiliki karakter yang mudah disesatkan iblis sehingga sejak usia muda harus mendapatkan pendadaran Islam yang tangguh. Ketiga, karena anaknya memang tidak diterima di sekolah mana pun.
Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar,
pengalaman cinta pertama Ikal,
sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi
darirumahnyakesekolah!
Laskar Pelangi memiliki 10 orang anggota pada awalnya,
namun menjadi 11 orang ketika Flo datang. Flo dulunya bersekolah di sekolah PN
(Perusahaan Negara) milik PN Timah. PN Timah adalah sebuah perusahaan yang
paling berpengaruh di Belitong, karena timah merupakan denyut nadi pulau
Belitong. Flo seorang gadis dengan postur tubuh tinggi-rata-tomboy adalah
seorang gadis yang nakal, tidak seperti anggota Laskar Pelangi yang lainnya, Flo
berasal dari keluarga yang berkelimpahan harta. Floriana yang merupakan anak
bungsu dari keluarganya, tidak suka menerima dirinya sebagai perempuan mungkin
karena Flo adalah anak perempuan satu-satunya di keluarganya. Floriana memiliki
ketertarikan yang sama seperti Mahar dalam Metafisika.
Mahar merupakan salah satu anggota Laskar Pelangi
selain Trapani, Syahdan, Harun, Borek, Kucai, A Kiong, Sahara, Lintang dan
Ikal. Mahar seorang anak laki-laki yang
tampan seperti halnya Trapani dan pintar seperti halnya Lintang. Mahar seorang
pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak
logis, kreatif dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil
mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus dengan menjadi
koreografer dalam koreografi massal suku Masai dari Afrika, yang dibuatnya.
Mahar adalah seniman yang hidup di antara orang yang tidak mengerti arti seni,
sehingga kadang kala di dalam anggota Laskar Pelangi-Mahar sering dianggap gila.
Walaupun begitu tetap ada yang memandang tinggi Mahar,
ialah A Kiong.
A Kiong selalu percaya dengan hal-hal yang diceritakan oleh Mahar. A Kiong selalu berdebat dengan Sahara.
A Kiong selalu percaya dengan hal-hal yang diceritakan oleh Mahar. A Kiong selalu berdebat dengan Sahara.
Sahara adalah seorang gadis berjilbab dan keras kepala. Sahara sering
mendengarkan Harun, seorang anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa
yang selalu menceritakan tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak
tiga, semua anaknya berbelang tiga.
Lain halnya dengan Syahdan, salah satu pejuang yang bercita-cita menjadi seorang aktor.
Lain halnya dengan Syahdan, salah satu pejuang yang bercita-cita menjadi seorang aktor.
Syahdan adalah anak yang selalu menerima perintah,
terasing, serta kambing hitam dalam setiap akar persoalan. Lalu ada Trapani,
seorang anak yang hidup tanpa kehadiran seorang ayah, Trapani hanya hidup
bersama ibunya.
Trapani dan ibunya hampir sama seperti halnya amplop dan perangko yang
sulit dipisahkan.
Ada pula Borek yang sebutannya Samson, adalah seorang
anak laki-laki bertubuh tinggi dan besar. Samson memiliki obsesi untuk memiliki
tubuh yang macho dan gagah, hal itu diawali dengan pertemuannya dengan sebuah
botol yang memiliki gambar lelaki berotot dan bertuliskan Obat Kuat.
Samson adalah anak yang sulit diatur seperti halnya Kucai.
Kucai adalah anak yang selama sekelas bersama para Laskar Pelangi lainnya
selalu menjadi ketua kelas, walaupun Kucai sendiri pesimis terhadap tanggung
jawab dari seorang ketua kelas.
Suasana kelas para anggota Laskar Pelangi selalu
diwarnai oleh pelangi kegeniusan Mahar yang lebih spesifik dengan seni dan
Lintang yang spesifik dengan bidang eksak. Lintang adalah seorang anak yang
ditunangkan dengan ilmu. Seorang kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang
hati bersepeda 80 kilometer pulang-pergi hanya untuk memuaskan dahaganya akan
ilmu – bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan lagu Padamu Negeri di akhir jam
sekolah. Seorang anak yang gigih bahkan telah menyumbangkan sebuah kemenangan
bagi sekolah kampung Muhammadiyah dalam lomba cerdas cermat dengan mengalahkan
sekolah PN. Lintang seorang anak yang di bahunya terdapat beban hidup untuk
menghidupi keluarganya semenjak ayahnya meninggal. Lintang adalah anggota
Laskar Pelangi yang telah memberikan keberanian bagi para anggota Laskar
Pelangi yang lainnya untuk bermimpi. Seperti halnya pengagum Mahar adalah A
Kiong, maka pengagum Lintang adalah Ikal.
Ikal teman sebangku Lintang, mereka sebangku karena mereka memiliki kemiripan yaitu sama-sama berambut ikal. Ikal, anak seorang buruh tambang yang beranak banyak dan bergaji kecil. Ikal seorang anak lelaki yang merasakan cinta pada pandangan pertama di toko kelontong dengan seorang gadis Tionghoa bernama A Ling.
Kebahagian menyelimuti A Kiong yang telah menjadi seorang penganut agama Islam dan memiliki nama baru Nur Zaman. Nur Zaman beristrikan seorang wanita bernama Sahara. Mereka memiliki 5 anak dan membuka toko kelontong dengan judul Sinar Perkasa. Mereka mempekerjakan seorang kuli yang bernama Samson. Jika waktu luang mereka bertiga mengunjungi Harun. Harun bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak tiga, semuanya anaknya berbelang tiga dan yang berbeda sekarang adalah mereka mengunjungi Harun pada tanggal tiga.
Kalau dulu Harun adalah anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang
dewasa, sekarang Harun adalah orang dewasa yang terperangkap dalam alam pikiran
anak kecil.
Syahdan, pria liliput putra seorang nelayan, jebolan
sekolah gudang kopra Muhammadiyah telah menduduki posisi sebagai Information
Technology Manager di sebuah perusahaan multinasional terkemuka yang berkantor
pusat di Tangerang. Dari sudut pandang material Syahdan adalah anggota Laskar
Pelangi yang paling sukses.
Namun Syahdan tak pernah menyerah pada cita-citanya untuk menjadi aktor
sungguhan.
Kucai yang dulu selalu menjadi ketua kelas, telah menjadi Drs. Mukharam Kucai Khairani, MBA dan selalu berpakaian safari. Dulu di kelas otaknya paling lemah sekarang gelar akademiknya termasuk paling tinggi di antara anggota Laskar Pelangi. Sekarang ia bekerja sebagai salah satu anggota DPRD di Belitong.
Kucai yang dulu selalu menjadi ketua kelas, telah menjadi Drs. Mukharam Kucai Khairani, MBA dan selalu berpakaian safari. Dulu di kelas otaknya paling lemah sekarang gelar akademiknya termasuk paling tinggi di antara anggota Laskar Pelangi. Sekarang ia bekerja sebagai salah satu anggota DPRD di Belitong.
Flo yang dulu tomboy telah menjadi wanita sejati dan telah bersuami dengan dikaruniai 4 anak lelaki dengan 2 kali persalinan anak kembar. Flo menempuh perguruan tinggi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sriwijaya. Setelah lulus, Flo menjadi guru TK di Tanjong Pandan dan bercita-cita membangun gerakan wanita Muhammadiyah.
Mahar telah menjadi seorang pengajar dan mengorganisasi berbagai kegiatan budaya, serta melatih beruk memetik buah kelapa.
Ikal sang pemimpi menjadi seorang pegawai pos, tukang sortir, bagian kiriman peka waktu, shift pagi yang bekerja mulai subuh walaupun sebenarnya dulu Ikal tidak ingin menjadi orang yang bekerja subuh. Sang pemimpi ini kemudian kembali berani bermimpi meraih Edensor semenjak Ikal mengetahui bahwa adanya beasiswa Uni-Eropa. Tujuan barunya dalam pengejaran meraih beasiswa tersebut.
HIKAYAT SI BUNGKUK DAN SI PANJANG
Mashudulhakk
arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit sebagai
ternyata dari contoh yang di bawah ini:
Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah.
Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari
adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai.
Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka
ditantinya 1) kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu
perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya.
Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik
parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk
belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga.
Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata
orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini,
karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam
dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan
serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah,
dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu
merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang
bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan
apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana 3) hamba
hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh,
karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada istrinya,
"Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke
dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu,
"Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba
seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu.
Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu.
Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4) oleh si Bungkuk
air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi
itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan
mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga
tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit,
hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan
itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah,
hamba turutlah kata tuan hamba itu."
Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun
mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka
segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal
perempuan itu dengan Bedawi itu.
Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia
makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu
akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya,
"Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu.
Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka
mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian
itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.
Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada
Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu.
Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk,
"Istri siapa perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini.
Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba."
Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil
nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah.
Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka
bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu, "Berkata benarlah engkau,
siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?"
Maka kata perempuan celaka itu, "Si Panjang
inilah suami hamba."
Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku
bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka
itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian
maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si
Panjang itulah suami hamba."
Maka kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu
laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?"
Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka
disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang
itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah
perempuan itu istrimu?"
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba;
lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah
suaminya."
Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh
istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan,
dan di mana kampung tempat ia duduk?"
Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka
disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka
dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua,
sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Maka kata orang tua itu, "Daripada mula
awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan
perempuan dan di mana tempat duduknya
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu
pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah
disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah
salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk
akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka
disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu.
Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
B. ANALISIS
UNSUR
PERBANDINGAN
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL DAN HIKAYAT
1.
UNSUR
INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL
A. Unsur Intrinsik
1.
Tema
v
Tema utama dalam novel “Laskar
Pelangi” ini adalah pendidikan
2.
Penokohan
a)
Tokoh : Ikal
Watak : Pandai dan tidak mudah putus asa
Pembuktian : Ikal adalah murid
yang lumayan pandai, ia selalu berada di peringkat kedua di sekolah setelah
Lintang. Ikal termasuk orang yang tidak mudah putus asa, selalu bersemangat
melakukan hal yang ia sukai.
b) Tokoh : Taprani
Watak : Manja
Pembuktian : Taprani selalu
diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan dilakukannya harus selalu diketahui
ibunya. Ia sangat tergantung pada ibunya.
c) Tokoh : Sahara
Watak : Rapi dan jujur
Pembuktian : Gadis kecil
bertubuh ramping dan selalu berjilbab rapi ini sangat menjujung tinggi nilai
kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong.
d)
Tokoh : Sahara
Watak : Rapi dan jujur
Pembuktian : Sifatnya begitu
polos dan selalu menjadi pendukung sekaligus pengikut setia Mahar. A Kiong
memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan suka menolong.
e)
Tokoh : Harun
Watak : Santun, pendiam, dan murah senyum
Pembuktian : Anggota “Laskar Pelangi” ini memiliki
keterbelakangan mental. Walau demikian, Sifatnya santun, pendiam, dan murah
senyum.
f)
Tokoh :
Borek
Watak : Tegas
Pembuktian : Borek
memilki tubuh yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat terobsesi dengan body building dan tergila-gila dengan citra cowok macho.
g)
Tokoh : Syahdan
Watak : Setia kawan
Pembuktian : Ia adalah salah
satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang selalu setia menemani Ikal membeli kapur
tulis di took Sinar Harapan milik orang tua A Ling.
h)
Tokoh : Kucai
Watak : Tegas dan sabar
Pembuktian : Kucai
adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang diamanahi sebagai ketua kelas.
Ia sempat frustrasi ketika menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur
teman-temannya.
i)
Tokoh : Lintang
Watak : Pintar, gigih, dan jenius
Pembuktian : Lintang merupakan
anak yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun jarak
rumahnya dari sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi ke
sekolah dan menjadi anak yang paling pagi datang. Otaknya yang jenius dan
cermat membawa tim SD Muhammadiyah menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat.
j)
Tokoh :
Mahar
Watak : Imajinatif dan kreatif
Pembuktian : Mahar memiliki
bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan lain
sebagainya.
k)
Tokoh : Bu Muslimah
Watak : Ikhlas, sabar, baik hati dan lemah
lembut
Pembuktian : Ia sangat gigih
dalam mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Wanita cantik yang menyukai
bunga ini memiliki pendirian yang progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru.
Ia termasuk orang yang sabar dan baik hati.
l)
Tokoh : A Ling
Watak : Anggun
Pembuktian : Gadis keturunan
Tiongoa ini memiliki tubuh yang ramping dan tinggi.
m)
Tokoh : Pak Harfan
Watak :
Semangat juang tinggi, tidak
mudah putus asa, dan bijaksana
Pembuktian : Bersama Bu Muslimah, ia tetap mempertahankan
sekolah yang hampir ditutup karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga memiliki
dedikasi tinggi terhadap pendidikan.
n)
Tokoh : Flo
Watak : Tomboi
Pembuktian : Gadis tomboi yang
berasal dari keluarga kaya ini merupakan tokoh terakhir yang muncul sebagai
anggota ‘Laskar Pelangi’.
3.
Latar Cerita
a.
Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di
sebuah sekolah bernama SD Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung, Kabupaten
Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya adalah
di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan
Belitong.
b.
Latar Waktu
Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel
yang menceritakan kisah nyata meski ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang
disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada tahun 1974.
c. Latar Suasana
·
Suasana Sedih
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana
sedih ialah saat Ikal, teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari Lintang
yang memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal
mati ayahnya.
·
Suasana
Senang
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana
senang ialah saat tim cerdas cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan
pertandingan.
· Suasana Cemas
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana
cemas ialah saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah
beserta orang tuanya menunggu untuk menggenapkan calon siswa yang mendaftar
agar sekolah tidak ditutup.
4.
Plot (alur)
v
Novel “Laskar Pelangi” menggunakan
alur maju.
a.
Pengenalan
Situasi Cerita
`
Cerita diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang
ada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan.
Sebuah daerah yang kaya akan sumber daya alamnya yaitu timah. Meski pun
begitu, kehidupan di sana seperti terpetak-petak antara yang kaya dan yang
miskin.
b.
Menuju
Adanya Konflik
Dalam novel “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali
bermunculan masalah-masalah atau konflik-konflik. Namun konflik awal yang
pertama muncul adalah saat suasana mulai tegang karena ternyata pendaftar tidak
mencukupi batas minimal siswa yang disyaratkan oleh Depdikbud Sumsel. Apabila
calon siswa yang mendaftar kurang dari sepuluh anak, maka SD Muhammadiyah harus
ditutup.
c.
Puncak
Konflik
Puncak konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang,
ternyata jumlah pendaftar tidak lebih dari sembilan orang. Jumlah ini tentu
saja belum mencukupi persyaratan Depdikbud.
d. Klimaks
Tahapan klimaks ini dimulai ketika murid SD
Muhammadiyah sudah mencukupi persyaratan Depdikbud karena kedatangan serang
Harun. Kemudian tahapan ini juga ditandai oleh keberhasilan seorang Lintang
dalam melalui rintangan seekor buaya ketika Ia hendak berangkat untuk mengikuti
lomba cerdas cermat.
d.
Penyelesaian
Sesaat hampir saja Pak Harfan memulai pidatonya untuk
memberitahuakan bahwa penerimaan siswa baru di SD Muhammadiyah dibatalkan,
seorang ibu muncul untuk mendaftarkan anaknya (Harun) yang mengidap
keterbelakangan mental. Tentu saja kedatangan Harun dan ibunya ini memberikan
napas lega kepada Pak Harfan. kemudian disusul atas kemenangan SD Muhammadiyah
dalam lomba karnaval dan cerdas cermat.
5.
Sudut Pandang
Sudut
pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama
pelaku utama karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata ‘aku’.
Tokoh ‘aku’ dalam novel ini diceritakan paling dominan sehingga si tokoh ‘aku’
dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama.
6. Gaya Bahasa
Ø Gaya
bahasa yang digunakan penulis adalah gaya bahasa campuran. Alasannya adalah
karena penilis masih menggunakan Bahasa Asing atau Bahasa Daerah.
Ø
Gaya bahasa novel “ Laskar
Pelangi “
v
Kalimat yang digunakan
dipengaruhi oleh Bahasa Daerah, contoh :
§
Baharu dua bulan saja ...
§
Ia bermenung kira – kira …
§
v
Banyak menggunakan istilah
daerah, seperti :
§
Pak Cik : Sebutan
untuk laki-laki yang lebih tua
§
Mak Cik : Sebutan
untuk perempuan yang lebih tua
§
Engkau : Kamu
v
Menggunakan majas atau
ungkapan, contoh :
§
Dari jauh ombak memecah dan
menderum tiada henti memukuli tepi pasir itu.
7.
Amanat
· Jangan mudah
menyerah oleh keadaan (jangan putus asa).
Keadaan boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan
janganlah menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru jadikanlah kekurangan itu
sebagai motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang
kehidupan pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di
dalamnya tidak menyerah dengan keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak
belajar.
B. Unsur Ekstrinsik
1. Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi
psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Laskar Pelangi” merupakan adaptasi
dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal
pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur,
Sumatera Selatan ternyata benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan
novelnya.
2. Latar Belakang Sosial dan Budaya
Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan
budaya masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status
antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh
tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua
komunitas ini memang ada dan saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang
memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang komunitas pengusaha
memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan usaha mereka.
3. Latar Belakang Ekonomi
Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada
perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah
pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong
bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli hasil produksi, sementara
masyarakat termarginalkan di tanah mereka sendiri. Latar belakang ekonomi dalam
novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong kebanyakan yang tingkat
ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi.
4. Latar Belakang Religi (agama)
Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat
seperti pantulan cermin dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Nuansa keislamannya
begitu kental. Dalam beberapa penggalan cerita, pengarang sering kali
menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai keislaman.
5. Latar Belakang Pendidikan
Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai
edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga
menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya.
Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains
(fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang gemar sekali memasukkan
istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini
menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
2.
UNSUR
INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
A. Unsur Intrinsik
1.
Tema
v
Tema utama hikayat “Si Bungkuk dan
Si Panjang” ahalah kesetiaan dan pengkhianatan dalam cinta
2.
Penokohan
a)
Tokoh : Masyhudulhakk
Watak : Arif, bijaksana,
suka menolong, cerdik, baik hati
Pembuktian :
…Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah- tambah cerdiknya dan akalnya itu.
Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
…..Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk,"Baik kepada seorang-seorang aku
bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang
mereka itu.
b)
Tokoh : Si Panjang / Bedawi
Watak : Licik dan egois Arif
Pembuktian : Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta
dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan
berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba;
lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah
suaminya.
c)
Tokoh : Istri Si
Bungkuk
Watak : Mudah dirayu,
tidak setia, suka berbohong, dan egois
Pembuktian : Hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan
perempuan itu.Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah.
….maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka
kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba.
3.
Latar Cerita
a.
Latar Tempat
v
Tepi sungai : Maka ia pun
berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya.
v
Sungai : Turunlah
perempuan itu ke dalam sungai dengan
orang Bedawi
itu
b.
Latar Waktu
v Tidak
diketahui..
c. Latar Suasana
v
Menegangkan : Maka pada
sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga.
v
Mengecewakan : "Daripada
hidup melihat hal yang demikian ini,
baiklah aku mati. Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu.
v
Membingungkan : Maka dengan
demikian jadi bergaduhlah mereka itu.
Syahdan maka
gemparlah.
4.
Plot (alur)
v
Hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang”
menggunakan alur maju.
a. Pengenalan Situasi Cerita
Mashudulhakk
arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit maka berapa lamanya
Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan
akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka
sampailah ia kepada suatu sungai.
b. Menuju Adanya Konflik
….serta
dilihatnyaperempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan
berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!
c. Puncak Konflik
Maka
sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan
itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan
hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang
bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri
hamba."
d. Konflik Mulai Mereda
Maka orang
tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh
oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan
perempuan itu. Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya,
supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
d.
Penyelesaian
Masyhudulhakk dengan sekalian
orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu.
Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu.
Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka
itu seratus kali.
5.
Sudut Pandang
Sudut
pandang yang digunakan dalam hikayatini adalah sudut pandang orang ketiga
pelaku utama, “Maka bertambah-tambah
masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.”
6. Gaya
Bahasa
Hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menggunakan bahasa
yang sulit dimengerti, hal ini di ketahui dari kata-kata yang sulit dipahami. Selain itu banyak juga
menggunakan kata-kata arkais. Misalnya, hatta, syahdan, sahibul hikayat,
menurut empulnya cerita, konon, dan tersebutlah perkataan
Ø
Cara penggunaan susunan kata
dalam kalimat melampaui batas makna kata yang lazim, sehingga isi
hikayat sangat sulit ntuk dipahami.
Ø
Gaya bahasa hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang”
v
Kalimat yang digunakan
dipengaruhi oleh Bahasa Melayu Kuno, contoh :
§
Hatta maka berapa lamanya
Masyhudulhakk pun besarlah
§
Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan
§
Baiklah, hamba turutlah kata tuan
hamba itu
7.
Amanat
·
Jangan berbohong karena
berbohong itu tidak baik, merupakan dosa, dan hanya akan menimbulkan kerugian
pada diri kita sendiri.
·
Bantulah dengan ikhlas orang
yang membutuhkan bantuan.
·
Syukurilah jodoh yang telah
diberikan Tuhan, yakini bahwa jodoh itu baik untuk kita.
·
Jangan mengambil keputusan
sesaat yang belum dipikirkan dampaknya.
·
Jadilah orang yang bijaksana
dalam mengatasi suatu masalah.
B. Unsur Ekstrinsik
v
Nilai agama
Kita harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah. Jangan
pernah merasa iri dengan apa yang tidak kita miliki karena apa yang te;ah
diberikan Allah kepada kita adalah sesuatu yang memang terbaik untuk kita.
Janagn seperti yang ada pada hikayat mashudulhakk.
v
Nilai moral
Janganlah sekali-kali kita memutar balikkan fakta, mengatakan bahwa yang salah itu benar dansebaliknya,
karena bagaimanapun juga kebenaran akan mengalahkan ketidak benaran.
v
Nilai sosial budaya
Sebuah kesalahan pastilah akan mendapat sebuah balasan, pada hikayat ini
diterangkan bahwa seorang yang melakukan keslahan seperti berbohong maka akan
did era sebanyak seratus kali. (Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi
itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali).
.
PERBEDAAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL DAN HIKAYAT
NOVEL DAN HIKAYAT
1.
PERBEDAAN
UNSUR INTRINSIK
Novel dan hikayat memiliki
perbedaan unsur intrinsik, perbedaan tersebut antara lain terdapat dalam unsur
:
a.
Latar
waktu
Latar waktu
dalam novel “Laskar Pelangi” diketahui dengan jelas karena novel ini
menceritakan kisah nyata. Sedangkan latar waktu dalam hikayat “Si Bungkuk dan
Si Panjang” tidak diketahui dengan jelas karena hikayat ini menceritakan
kisah-kisah raja.
b.
Sudut
pandang
Novel “Laskar
Pelangi” menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama, karena dalam
novel ini penulis meggunakan kata ‘aku”. Sedangkan hikayat “Si Bungkuk dan Si
Panjang” menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku utama, yaitu Masyhudulhakk.
c.
Gaya
bahasa
Novel “Laskar Pelangi” menggunakan
gaya bahasa campuran. Alasannya adalah karena penulis masih menggunakan Bahasa
Asing atau Bahasa Daerah. Sedangkan
menggunakan gaya bahasa yang sulit dimengerti, hal
ini di ketahui dari kata-kata yang sulit dipahami.
2.
PERBEDAAN
UNSUR EKSTRINSIK
Novel dan hikayat memiliki perbedaan unsur ekstrinsik,
perbedaan tersebut antara lain terdapat dalam unsur tempat tinggal, ekonomi,
dan pendidikan.
Novel “Laskar Pelangi” menggunakan beberapa unsur
ekstrinsik yaitu latar tempat tinggal, nilai ekonomi, nilai agama, nilai pendidikan
serta nilai sosial dan budaya. Sedangkan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang”
hanya menggunakan unsur nilai agama, nilai moral, serta nilai sosial dan
budaya. Hal ini dikarenakan bahwa novel “Laskar Pelangi” menceritakan kisah-kisah nyata sehingga nilai
ekstrinsik yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Sedangkan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menceriakan kehidupan dari tokoh
raja terdahulu dimana latar lingkungan hanya diceritakan secara imajinasi dan
tidak terdapat nilai ekonomi karena kehidupan penduduk tidak diketahui dengan
jelas.
PERSAMAAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL DAN HIKAYAT
NOVEL DAN HIKAYAT
1.
PERSAMAAN UNSUR
INTRINSIK
Novel dan hikayat memiliki persamaan
unsur intrinsik, persamaan tersebut antara lain terdapat dalam unsur :
a.
Tema ( sama-sama
memilki tema meskipun tema yang di gunakan berbeda )
b.
Penokohan ( sama-sama
memiliki tokoh dan karakter penokohannya )
c.
Latar ( sama-sama
memiliki latar/setting kecuali latar waktu )
d.
Alur ( sama-sama
menggunakan alur maju )
e.
Sudut pandang (
walaupun sama-sama memiliki sudut pandang namun sudut pandang yang digunakan
berbeda. Dimana novel “Laskar Pelangi” menggunakan sudut pandang orang pertama
pelaku utama dan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang menggunakan sudut pandang
orang ketiga pelaku utama. )
f.
Gaya bahasa (sama-sama
menggunakan gaya bahasa, walaupun gaya bahasa yang digunakan penulis berbeda)
g.
Amanat ( sama-sama
memiliki amanat yang disampaikan penulis kepada pembaca )
2.
PERSAMAAN UNSUR EKSTRINSIK
Novel
dan hikayat memiliki persamaan unsur ekstrinsik, persamaan tersebut antara lain
terdapat dalam unsur agama, moral, serta sosial dan budaya .
Novel
“Laskar Pelangi” dan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menggunakan beberapa
unsur ekstrinsik sama yaitu latar nilai agama, nilai moral serta nilai sosial
dan budaya. Hal ini dikarenakan bahwa novel “Laskar Pelangi” menceritakan kisah-kisah nyata sehingga nilai
ekstrinsik yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Sedangkan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menceriakan kehidupan dari tokoh
raja terdahulu. Dimana kehidupan masyarakatnya sudah dilandasi oleh unsur-unsur
tersebut.
C. KESIMPULAN
Novel
dan hikayat merupakan contoh suatu karya sastra. Dimana novel dan hikayat
memiliki suatu kesamaan dan perbedaan dalam unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Persamaan dalam unsur intrinsik yaitu meliputi tema, tokoh, latar,
alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat dan dalam setiap penyusunan unsur
intrinsik terdapat unsur kelengkapan, bahasa penyajian, dan sistematika
penyusunan. Sedangkan, persamaan dalam unsur ekstrinsik yaitu terdapat dalam
unsur nilai agama, nilai moral, serta nilai sosial dan budaya.
Selain persaamaan, karya
sastra novel dan hikayat juga memiliki beberapa perbedaan dalam unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Peabedaan unsur intrinsik yaitu terdapat pada unsur latar
waktu, gaya bahasa, dan sudut pandang. Perbedaan gaya bahasa dan sudut pandang
tergantung dari keinginan dan penciptaan penulis. Sedangkan perbedaan dalam
unsur ekstrinsik terdapat pada nilai latar belakang tokoh, nilai pendidikan,
dan nilai ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar