BAMBU BUNTU

Sabtu, 27 Oktober 2012

A. SINOPSIS NOVEL DAN HIKAYAT NOVEL LASKAR PELANGI


A. SINOPSIS NOVEL DAN HIKAYAT
NOVEL LASKAR PELANGI

Cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah,
Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Ada 3 alasan mengapa para orangtua mendaftarkan anaknya di sekolah Muhammadiyah. Pertama, karena sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apa pun, para orangtua hanya menyumbang sukarela semampu mereka. Kedua, karena firasat, anak-anak mereka dianggap memiliki karakter yang mudah disesatkan iblis sehingga sejak usia muda harus mendapatkan pendadaran Islam yang tangguh. Ketiga, karena anaknya memang tidak diterima di sekolah mana pun.

            Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar,
pengalaman cinta pertama Ikal,
sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi darirumahnyakesekolah!

Laskar Pelangi memiliki 10 orang anggota pada awalnya, namun menjadi 11 orang ketika Flo datang. Flo dulunya bersekolah di sekolah PN (Perusahaan Negara) milik PN Timah. PN Timah adalah sebuah perusahaan yang paling berpengaruh di Belitong, karena timah merupakan denyut nadi pulau Belitong. Flo seorang gadis dengan postur tubuh tinggi-rata-tomboy adalah seorang gadis yang nakal, tidak seperti anggota Laskar Pelangi yang lainnya, Flo berasal dari keluarga yang berkelimpahan harta. Floriana yang merupakan anak bungsu dari keluarganya, tidak suka menerima dirinya sebagai perempuan mungkin karena Flo adalah anak perempuan satu-satunya di keluarganya. Floriana memiliki ketertarikan yang sama seperti Mahar dalam Metafisika.
Mahar merupakan salah satu anggota Laskar Pelangi selain Trapani, Syahdan, Harun, Borek, Kucai, A Kiong, Sahara, Lintang dan Ikal.  Mahar seorang anak laki-laki yang tampan seperti halnya Trapani dan pintar seperti halnya Lintang. Mahar seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak logis, kreatif dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus dengan menjadi koreografer dalam koreografi massal suku Masai dari Afrika, yang dibuatnya. Mahar adalah seniman yang hidup di antara orang yang tidak mengerti arti seni, sehingga kadang kala di dalam anggota Laskar Pelangi-Mahar sering dianggap gila.

Walaupun begitu tetap ada yang memandang tinggi Mahar, ialah A Kiong.
A Kiong selalu percaya dengan hal-hal yang diceritakan oleh Mahar. A Kiong selalu berdebat dengan Sahara.
Sahara adalah seorang gadis berjilbab dan keras kepala. Sahara sering mendengarkan Harun, seorang anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa yang selalu menceritakan tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak tiga, semua anaknya berbelang tiga.
Lain halnya dengan Syahdan, salah satu pejuang yang bercita-cita menjadi seorang aktor.

Syahdan adalah anak yang selalu menerima perintah, terasing, serta kambing hitam dalam setiap akar persoalan. Lalu ada Trapani, seorang anak yang hidup tanpa kehadiran seorang ayah, Trapani hanya hidup bersama ibunya.
Trapani dan ibunya hampir sama seperti halnya amplop dan perangko yang sulit dipisahkan.

Ada pula Borek yang sebutannya Samson, adalah seorang anak laki-laki bertubuh tinggi dan besar. Samson memiliki obsesi untuk memiliki tubuh yang macho dan gagah, hal itu diawali dengan pertemuannya dengan sebuah botol yang memiliki gambar lelaki berotot dan bertuliskan Obat Kuat.
Samson adalah anak yang sulit diatur seperti halnya Kucai.
Kucai adalah anak yang selama sekelas bersama para Laskar Pelangi lainnya selalu menjadi ketua kelas, walaupun Kucai sendiri pesimis terhadap tanggung jawab dari seorang ketua kelas.

Suasana kelas para anggota Laskar Pelangi selalu diwarnai oleh pelangi kegeniusan Mahar yang lebih spesifik dengan seni dan Lintang yang spesifik dengan bidang eksak. Lintang adalah seorang anak yang ditunangkan dengan ilmu. Seorang kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang-pergi hanya untuk memuaskan dahaganya akan ilmu – bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan lagu Padamu Negeri di akhir jam sekolah. Seorang anak yang gigih bahkan telah menyumbangkan sebuah kemenangan bagi sekolah kampung Muhammadiyah dalam lomba cerdas cermat dengan mengalahkan sekolah PN. Lintang seorang anak yang di bahunya terdapat beban hidup untuk menghidupi keluarganya semenjak ayahnya meninggal. Lintang adalah anggota Laskar Pelangi yang telah memberikan keberanian bagi para anggota Laskar Pelangi yang lainnya untuk bermimpi. Seperti halnya pengagum Mahar adalah A Kiong, maka pengagum Lintang adalah Ikal.

           Ikal teman sebangku Lintang, mereka sebangku karena mereka memiliki kemiripan yaitu sama-sama berambut ikal. Ikal, anak seorang buruh tambang yang beranak banyak dan bergaji kecil. Ikal seorang anak lelaki yang merasakan cinta pada pandangan pertama di toko kelontong dengan seorang gadis Tionghoa bernama A Ling.

             Kebahagian menyelimuti A Kiong yang telah menjadi seorang penganut agama Islam dan memiliki nama baru Nur Zaman. Nur Zaman beristrikan seorang wanita bernama Sahara. Mereka memiliki 5 anak dan membuka toko kelontong dengan judul Sinar Perkasa. Mereka mempekerjakan seorang kuli yang bernama Samson. Jika waktu luang mereka bertiga mengunjungi Harun. Harun bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak tiga, semuanya anaknya berbelang tiga dan yang berbeda sekarang adalah mereka mengunjungi Harun pada tanggal tiga.
Kalau dulu Harun adalah anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa, sekarang Harun adalah orang dewasa yang terperangkap dalam alam pikiran anak kecil.

Syahdan, pria liliput putra seorang nelayan, jebolan sekolah gudang kopra Muhammadiyah telah menduduki posisi sebagai Information Technology Manager di sebuah perusahaan multinasional terkemuka yang berkantor pusat di Tangerang. Dari sudut pandang material Syahdan adalah anggota Laskar Pelangi yang paling sukses.
Namun Syahdan tak pernah menyerah pada cita-citanya untuk menjadi aktor sungguhan.
Kucai yang dulu selalu menjadi ketua kelas, telah menjadi Drs. Mukharam Kucai Khairani, MBA dan selalu berpakaian safari. Dulu di kelas otaknya paling lemah sekarang gelar akademiknya termasuk paling tinggi di antara anggota Laskar Pelangi. Sekarang ia bekerja sebagai salah satu anggota DPRD di Belitong.

              Flo yang dulu tomboy telah menjadi wanita sejati dan telah bersuami dengan dikaruniai 4 anak lelaki dengan 2 kali persalinan anak kembar. Flo menempuh perguruan tinggi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sriwijaya. Setelah lulus, Flo menjadi guru TK di Tanjong Pandan dan bercita-cita membangun gerakan wanita Muhammadiyah.
Mahar telah menjadi seorang pengajar dan mengorganisasi berbagai kegiatan budaya, serta melatih beruk memetik buah kelapa.

              Ikal sang pemimpi menjadi seorang pegawai pos, tukang sortir, bagian kiriman peka waktu, shift pagi yang bekerja mulai subuh walaupun sebenarnya dulu Ikal tidak ingin menjadi orang yang bekerja subuh. Sang pemimpi ini kemudian kembali berani bermimpi meraih Edensor semenjak Ikal mengetahui bahwa adanya beasiswa Uni-Eropa. Tujuan barunya dalam pengejaran meraih beasiswa tersebut.

HIKAYAT SI BUNGKUK DAN SI PANJANG

Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit sebagai ternyata dari contoh yang di bawah ini:

Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya 1) kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya.
Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana 3) hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, "Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4) oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu."
Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu.
Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.
Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Istri siapa perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba."
Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?"
Maka kata perempuan celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba."
Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba."
Maka kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?"
Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah perempuan itu istrimu?"
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya."
Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia duduk?"
Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu.

Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.

B. ANALISIS UNSUR

PERBANDINGAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
 NOVEL DAN HIKAYAT

1.            UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL

A. Unsur Intrinsik
1.      Tema
v  Tema utama dalam novel “Laskar Pelangi” ini adalah pendidikan

2.      Penokohan
a)       Tokoh            :          Ikal
Watak           :          Pandai dan tidak mudah putus asa
Pembuktian  :           Ikal adalah murid yang lumayan pandai, ia selalu berada di peringkat kedua di sekolah setelah Lintang. Ikal termasuk orang yang tidak mudah putus asa, selalu bersemangat melakukan hal yang ia sukai.

b)       Tokoh            :          Taprani
Watak           :          Manja
Pembuktian  :           Taprani selalu diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan dilakukannya harus selalu diketahui ibunya. Ia sangat tergantung pada ibunya.

c)        Tokoh            :          Sahara
Watak           :          Rapi dan jujur
Pembuktian  :           Gadis kecil bertubuh ramping dan selalu berjilbab rapi ini sangat menjujung tinggi nilai kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong.

d)       Tokoh            :          Sahara
Watak           :          Rapi dan jujur
Pembuktian  :           Sifatnya begitu polos dan selalu menjadi pendukung sekaligus pengikut setia Mahar. A Kiong memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan suka menolong.

e)       Tokoh            :          Harun
Watak           :          Santun, pendiam, dan murah senyum
Pembuktian  :           Anggota “Laskar Pelangi” ini memiliki keterbelakangan mental. Walau demikian, Sifatnya santun, pendiam, dan murah senyum.

f)       Tokoh :          Borek
Watak           :          Tegas
    Pembuktian   :       Borek memilki tubuh yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat  terobsesi dengan body building dan tergila-gila dengan citra cowok macho.

g)       Tokoh            :          Syahdan
Watak           :          Setia kawan
Pembuktian  :           Ia adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang selalu setia menemani Ikal membeli kapur tulis di took Sinar Harapan milik orang tua A Ling.

h)       Tokoh            :          Kucai
Watak           :          Tegas dan sabar
       Pembuktian   :          Kucai adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang diamanahi sebagai ketua kelas. Ia sempat frustrasi ketika menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur teman-temannya.

i)         Tokoh            :          Lintang
Watak           :          Pintar, gigih, dan jenius
Pembuktian  :           Lintang merupakan anak yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun jarak rumahnya dari sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi ke sekolah dan menjadi anak yang paling pagi datang. Otaknya yang jenius dan cermat membawa tim SD Muhammadiyah menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat.

j)        Tokoh :          Mahar
Watak           :          Imajinatif dan kreatif
Pembuktian  :           Mahar memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan lain sebagainya.


k)       Tokoh            :          Bu Muslimah
Watak           :          Ikhlas, sabar, baik hati dan lemah lembut
Pembuktian  :           Ia sangat gigih dalam mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Wanita cantik yang menyukai bunga ini memiliki pendirian yang progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ia termasuk orang yang sabar dan baik hati.

l)      Tokoh              :          A Ling
 Watak             :          Anggun
      Pembuktian    :           Gadis keturunan Tiongoa ini memiliki tubuh yang ramping dan tinggi.

m)        Tokoh           :          Pak Harfan
  Watak         :          Semangat juang tinggi, tidak mudah putus asa, dan bijaksana
                Pembuktian :       Bersama Bu Muslimah, ia tetap mempertahankan sekolah yang hampir ditutup karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan.

n)         Tokoh           :           Flo 
 Watak          :           Tomboi
        Pembuktian :      Gadis tomboi yang berasal dari keluarga kaya ini merupakan tokoh terakhir yang muncul sebagai anggota ‘Laskar Pelangi’.

3.      Latar Cerita
a.   Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di sebuah sekolah bernama SD Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya adalah di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan Belitong.

b.   Latar Waktu
Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang menceritakan kisah nyata meski ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada tahun 1974.

c.    Latar Suasana

·         Suasana Sedih
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal, teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal mati ayahnya.
·         Suasana Senang
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat tim cerdas cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan.
·         Suasana Cemas
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk menggenapkan calon siswa yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup.

4.      Plot (alur)
v  Novel “Laskar Pelangi” menggunakan alur maju.


a.   Pengenalan Situasi Cerita
`         Cerita diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang ada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Sebuah daerah yang kaya akan sumber daya  alamnya yaitu timah. Meski pun begitu, kehidupan di sana seperti terpetak-petak antara yang kaya dan yang miskin.

b.   Menuju Adanya Konflik
Dalam novel “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan masalah-masalah atau konflik-konflik. Namun konflik awal yang pertama muncul adalah saat suasana mulai tegang karena ternyata pendaftar tidak mencukupi batas minimal siswa yang disyaratkan oleh Depdikbud Sumsel. Apabila calon siswa yang mendaftar kurang dari sepuluh anak, maka SD Muhammadiyah harus ditutup.


c.    Puncak Konflik
Puncak konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang, ternyata jumlah pendaftar tidak lebih dari sembilan orang. Jumlah ini tentu saja belum mencukupi persyaratan Depdikbud.

d. Klimaks
Tahapan klimaks ini dimulai ketika murid SD Muhammadiyah sudah mencukupi persyaratan Depdikbud karena kedatangan serang Harun. Kemudian tahapan ini juga ditandai oleh keberhasilan seorang Lintang dalam melalui rintangan seekor buaya ketika Ia hendak berangkat untuk mengikuti lomba cerdas cermat.

d.   Penyelesaian
Sesaat hampir saja Pak Harfan memulai pidatonya untuk memberitahuakan bahwa penerimaan siswa baru di SD Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul  untuk mendaftarkan anaknya (Harun) yang mengidap keterbelakangan mental. Tentu saja kedatangan Harun dan ibunya ini memberikan napas lega kepada Pak Harfan. kemudian disusul atas kemenangan SD Muhammadiyah dalam lomba karnaval dan cerdas cermat.

5.      Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata ‘aku’. Tokoh ‘aku’ dalam novel ini diceritakan paling dominan sehingga si tokoh ‘aku’ dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama.

6.      Gaya Bahasa

Ø  Gaya bahasa yang digunakan penulis adalah gaya bahasa campuran. Alasannya adalah karena penilis masih menggunakan Bahasa Asing atau Bahasa Daerah.

Ø  Gaya bahasa novel “ Laskar Pelangi

v  Kalimat yang digunakan dipengaruhi oleh Bahasa Daerah, contoh :
§  Baharu dua bulan saja ...
§  Ia bermenung kira – kira …
§   
v  Banyak menggunakan istilah daerah, seperti :
§  Pak Cik           : Sebutan untuk laki-laki yang lebih tua
§  Mak Cik          : Sebutan untuk perempuan yang lebih tua
§  Engkau            : Kamu
v  Menggunakan majas atau ungkapan, contoh :
§  Dari jauh ombak memecah dan menderum tiada henti memukuli tepi pasir itu.
                                               
7.      Amanat
·         Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan putus asa).
Keadaan boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan janganlah menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru jadikanlah kekurangan itu sebagai motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang kehidupan pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak menyerah dengan keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar.

B. Unsur Ekstrinsik

1.      Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Laskar Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya.

2.      Latar Belakang Sosial dan Budaya
Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan usaha mereka.

3.      Latar Belakang Ekonomi
Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli hasil produksi, sementara masyarakat termarginalkan di tanah mereka sendiri. Latar belakang ekonomi dalam novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong kebanyakan yang tingkat ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi.



4.      Latar Belakang Religi (agama)
Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam beberapa penggalan cerita, pengarang sering kali menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai keislaman.

5.      Latar Belakang Pendidikan
Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya.  Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.



















2.           UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT

A. Unsur Intrinsik
1.      Tema
v  Tema utama hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” ahalah kesetiaan dan pengkhianatan dalam cinta


2.      Penokohan
a)      Tokoh              :            Masyhudulhakk
Watak              :            Arif, bijaksana, suka menolong, cerdik, baik hati
Pembuktian     :            …Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah- tambah cerdiknya dan akalnya itu.
Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
…..Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk,"Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.

b)      Tokoh              :            Si Panjang / Bedawi
Watak              :            Licik dan egois Arif
Pembuktian     :            Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya.

c)      Tokoh              :            Istri Si Bungkuk
Watak              :            Mudah dirayu, tidak setia, suka berbohong, dan  egois
Pembuktian     :             Hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah.
  ….maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba.



3.     Latar Cerita
a.   Latar Tempat
v  Tepi sungai           :     Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya.
v  Sungai                  :          Turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan
orang Bedawi itu
b.   Latar Waktu
v  Tidak diketahui..

c.    Latar Suasana
v  Menegangkan       :     Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga.
v  Mengecewakan    :    "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini,
baiklah aku mati. Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu.
v  Membingungkan  :     Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu.
Syahdan maka gemparlah.

4.      Plot (alur)
v  Hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menggunakan alur maju.
a.      Pengenalan Situasi Cerita
Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai.

b.   Menuju Adanya Konflik
….serta dilihatnyaperempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!

c.    Puncak Konflik
Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba."

d.  Konflik Mulai Mereda
Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.

d.   Penyelesaian
Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.

5.      Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam hikayatini adalah sudut pandang orang ketiga pelaku utama, “Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.

6.       Gaya Bahasa
Hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menggunakan bahasa yang sulit dimengerti, hal ini di ketahui dari kata-kata yang sulit dipahami. Selain itu banyak juga menggunakan kata-kata arkais. Misalnya, hatta, syahdan, sahibul hikayat, menurut empulnya cerita, konon, dan tersebutlah perkataan

Ø  Cara penggunaan susunan kata dalam kalimat melampaui batas makna kata yang lazim, sehingga isi hikayat sangat sulit ntuk dipahami.

Ø  Gaya bahasa hikayat Si Bungkuk dan Si Panjang”

v  Kalimat yang digunakan dipengaruhi oleh Bahasa Melayu Kuno, contoh :
§  Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah
§  Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan
§  Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu

7.      Amanat
·           Jangan berbohong karena berbohong itu tidak baik, merupakan dosa, dan hanya akan menimbulkan kerugian pada diri kita sendiri.
·           Bantulah dengan ikhlas orang yang membutuhkan bantuan.
·           Syukurilah jodoh yang telah diberikan Tuhan, yakini bahwa jodoh itu baik untuk kita.
·           Jangan mengambil keputusan sesaat yang belum dipikirkan dampaknya.
·           Jadilah orang yang bijaksana dalam mengatasi suatu masalah.

B. Unsur Ekstrinsik
v   Nilai agama
Kita harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah. Jangan pernah merasa iri dengan apa yang tidak kita miliki karena apa yang te;ah diberikan Allah kepada kita adalah sesuatu yang memang terbaik untuk kita. Janagn seperti yang ada pada hikayat mashudulhakk.

v   Nilai moral
Janganlah  sekali-kali  kita memutar balikkan fakta, mengatakan bahwa yang salah itu benar dansebaliknya, karena bagaimanapun juga kebenaran akan mengalahkan ketidak benaran.

v   Nilai sosial budaya
Sebuah kesalahan pastilah akan mendapat sebuah balasan, pada hikayat ini diterangkan bahwa seorang yang melakukan keslahan seperti berbohong maka akan did era sebanyak seratus kali. (Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali).
.





PERBEDAAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL DAN HIKAYAT

1.       PERBEDAAN  UNSUR  INTRINSIK

Novel dan hikayat memiliki perbedaan unsur intrinsik, perbedaan tersebut antara lain terdapat dalam unsur :

a.      Latar waktu
Latar waktu dalam novel “Laskar Pelangi” diketahui dengan jelas karena novel ini menceritakan kisah nyata. Sedangkan latar waktu dalam hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” tidak diketahui dengan jelas karena hikayat ini menceritakan kisah-kisah raja.

b.      Sudut pandang
Novel “Laskar Pelangi” menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama, karena dalam novel ini penulis meggunakan kata ‘aku”. Sedangkan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku utama, yaitu Masyhudulhakk.

c.       Gaya bahasa
Novel “Laskar Pelangi” menggunakan gaya bahasa campuran. Alasannya adalah karena penulis masih menggunakan Bahasa Asing atau Bahasa Daerah. Sedangkan  menggunakan gaya bahasa yang sulit dimengerti, hal ini di ketahui dari kata-kata yang sulit dipahami.


2.       PERBEDAAN  UNSUR  EKSTRINSIK
Novel dan hikayat memiliki perbedaan unsur ekstrinsik, perbedaan tersebut antara lain terdapat dalam unsur tempat tinggal, ekonomi, dan pendidikan.
Novel “Laskar Pelangi” menggunakan beberapa unsur ekstrinsik yaitu latar tempat tinggal, nilai ekonomi, nilai agama, nilai pendidikan serta nilai sosial dan budaya. Sedangkan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” hanya menggunakan unsur nilai agama, nilai moral, serta nilai sosial dan budaya. Hal ini dikarenakan bahwa novel “Laskar Pelangi”  menceritakan kisah-kisah nyata sehingga nilai ekstrinsik yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menceriakan kehidupan dari tokoh raja terdahulu dimana latar lingkungan hanya diceritakan secara imajinasi dan tidak terdapat nilai ekonomi karena kehidupan penduduk tidak diketahui dengan jelas.
PERSAMAAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL DAN HIKAYAT

1.            PERSAMAAN  UNSUR  INTRINSIK

Novel dan hikayat memiliki persamaan unsur intrinsik, persamaan tersebut antara lain terdapat dalam unsur :
a.         Tema ( sama-sama memilki tema meskipun tema yang di gunakan berbeda )
b.        Penokohan ( sama-sama memiliki tokoh dan karakter penokohannya )
c.         Latar ( sama-sama memiliki latar/setting kecuali latar waktu )
d.        Alur ( sama-sama menggunakan alur maju )
e.         Sudut pandang ( walaupun sama-sama memiliki sudut pandang namun sudut pandang yang digunakan berbeda. Dimana novel “Laskar Pelangi” menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama dan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku utama. )
f.         Gaya bahasa (sama-sama menggunakan gaya bahasa, walaupun gaya bahasa yang digunakan penulis berbeda)
g.        Amanat ( sama-sama memiliki amanat yang disampaikan penulis kepada pembaca )


2.            PERSAMAAN  UNSUR  EKSTRINSIK

Novel dan hikayat memiliki persamaan unsur ekstrinsik, persamaan tersebut antara lain terdapat dalam unsur agama, moral, serta sosial dan budaya .

Novel “Laskar Pelangi” dan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menggunakan beberapa unsur ekstrinsik sama yaitu latar nilai agama, nilai moral serta nilai sosial dan budaya. Hal ini dikarenakan bahwa novel “Laskar Pelangi”  menceritakan kisah-kisah nyata sehingga nilai ekstrinsik yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan hikayat “Si Bungkuk dan Si Panjang” menceriakan kehidupan dari tokoh raja terdahulu. Dimana kehidupan masyarakatnya sudah dilandasi oleh unsur-unsur tersebut.

C.  KESIMPULAN

Novel dan hikayat merupakan contoh suatu karya sastra. Dimana novel dan hikayat memiliki suatu kesamaan dan perbedaan dalam unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Persamaan dalam unsur intrinsik yaitu meliputi tema, tokoh, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat dan dalam setiap penyusunan unsur intrinsik terdapat unsur kelengkapan, bahasa penyajian, dan sistematika penyusunan. Sedangkan, persamaan dalam unsur ekstrinsik yaitu terdapat dalam unsur nilai agama, nilai moral, serta nilai sosial dan budaya.
Selain persaamaan, karya sastra novel dan hikayat juga memiliki beberapa perbedaan dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik. Peabedaan unsur intrinsik yaitu terdapat pada unsur latar waktu, gaya bahasa, dan sudut pandang. Perbedaan gaya bahasa dan sudut pandang tergantung dari keinginan dan penciptaan penulis. Sedangkan perbedaan dalam unsur ekstrinsik terdapat pada nilai latar belakang tokoh, nilai pendidikan, dan nilai ekonomi

Tidak ada komentar: