MEMBANDINGKAN UNSUR
INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL DAN HIKAYAT
DI SUSUN OLEH:
WINDA LIFTIANA SARI
Maryamah Karpov adalah novel keempat dari tetralogi
Laskar Pelangi.
Buku ini berkisah
tentang kisah kehidupan dan pencarian A Ling yaitu cinta sejati Ikal walaupun
akhirnya tidak terlalu bahagia.
Pada bagian awal buku ini diceritakan kisah Ikal yang telah lulus
dari Universitas Sorbonne, Farewell Party-nya di Prancis juga pada saat Ikal
sampai di Belitong. Setelah menyelesaikan S2 di Sorbone University Prancis,
Ikal kembali ke tanah kelahirannya di pulau Belitong. Kerinduan! Itulah alasan
yang mendasar kenapa Ikal kembali ke Belitong. Ia rindu kepada orang tuanya,
rindu kepada Arai sepupu jauh Ikal, rindu kepada masyarakat Belitong, rindu
dengan alam Belitong dan lebih dari itu, ia rindu pada gadis impiannya yaitu A
Ling.
perjalanan dari Jakarta ke
rumahnya di Belitong, dilalui Ikal dengan penuh perjuangan dan rasa letih. Tapi
semua itu pudar karena ia begitu merindukan ayahnya. Lelaki pendiam itu sangat
istemewa bagi Ikal. Bahkan, Ikal mempersiapkan penampilan terbaiknya untuk
bertemu dengan ayahnya. Ikal mengenakan pakaian pelayan resotoran ketika
bekerja di Perancis dulu. Ketika bertemu dengan ayah, ibunya dan Arai, rasa
haru tak dapat terbendung lagi. Betapa Ikal sangat merindukan saat ini. Saat
bertemu dengan orang-orang yang dicintainya.
Pulau Belitong tak seperti dulu lagi, masyarakat Belitong terpuruk
setelah pabrik timah gulung tikar. Walaupun demikian, suasana Belitong tak jauh
berbeda dibandingkan saat Ikal melanjutkan studinya ke Perancis. Masyarakat
Belitong masih gemar membual, minum kopi ke warung, dan sangat menyukai
taruhan.
Lalu cerita dengan kehadiran seorang dokter gigi dari Jakarta yang
bernama dokter Budi Ardiaz. Ia adalah wanita kaya dan sebenarnya bisa hidup
nyaman di Jakarta. Akan tetapi, karena idealismenya, ia mengabdikan dirinya sebagai
dokter di tanah Melayu, Belitong. Namun sayangnya, setelah berbulan-bulan
membuka praktek, tak ada satupun masyarakat yang mau berobat padanya.
Masyarakat lebih senang berobat ke dukun gigi dengan alasan bahwa mulut adalah
sesuatu yang sensitif seperti kelamin. Jadi, tak boleh sembarangan memasukkan
tangan ke dalam mulut kecuali muhrim. Kenyataan ini, membuat kepala kampung
Karmun geram dan memaksa masyarakat untuk berobat pada dokter Diaz. Tapi
sayang, masyarakat tetap kekeh dengan prinsip yang telah mereka pegang.
Selanjutnya, diceritakan bahwa masyarakat Belitong menemukan dua
jenazah yang terapung di air. Kejadian itu mengagetkan masyarakat khususnya
Ikal. Terlebih, jenazah itu memiliki tato kupu-kupu mirip tato A Ling. Konon
kabarnya, dua jenazah tersebut tewas karena mencoba melarikan diri dari kawanan
perampok yang bengis di pulau Betuan. Hal ini membuat Ikal meyakini bahwa A
Ling merupakan salah satu penumpang kapal ke pulau Betuan. Ikal berniat ke
pulau Betuan untuk menemukan A Ling. Tapi tidak ad.a yang mau membantunya.
Malah, masyarakat melarang Ikal untuk berlayar ke pulau Betuan. Pulau itu
sangat berbahaya, jika mau ke sana jangan harap untuk bisa balik lagi. Ikal
tidak menyerah.
Motivasi terbesar kenapa ia berusaha keras untuk bisa berlayar ke
pulau Betuan adalah demi cinta. Niat Ikal untuk berlayar akhirnya dibantu oleh
sahabat-sahabatnya (Laskar Pelangi) yang kini telah tumbuh dewasa dengan
profesi beragam. Lintang dan Mahar memiliki peran yang besar dalam masalah ini.
Dengan modal semangat, bantuan dari sahabat-sahabatnya, dan sedikit ilmu, Ikal
mampu membuat sebuah kapal yang hebat. Kapal itu diberi nama “Mimpi-mimpi
Lintang”. Walaupun Ikal telah berhasil membuat kapal, masih saja orang-orang
mencemoohkannya dan tak ayal Ikal menjadi objek taruhan masyarakat Belitong.
Tapi itu semua tidak menjadi penghambat untuk Ikal. Sepertinya Dewi Fortuna
sedang berpihak pada Ikal. Bahkan, Ikal membuat orang terkagum-kagum dengan
perjuangan hebatnya.
Setelah berhasil membuat sebuah kapal yang hebat, Ikal berangkat
ke pulau Betuan bersama Mahar, Chung Fa dan Kalimut. Mereka memiliki misi-misi
yang berbeda untuk berlayar ke pulau Betuan. Selama perjalanan menuju pulau
Betuan, banyak sekali rintangan yang harus mereka tempuh. Mulai dari angin
laut, pembajak sadis, dan dunia mistik. Tapi semua rintangan itu dapat ia
lewati. Akhirnya, Ikal dapat menemukan cinta sejatinya yang telah ia cari
bertahun-tahun lamanya. Bahkan separuh benua telah ia tempuh untuk menemukan A
Ling.
Lalu Ikal membawa A Ling
pulang ke Belitong. Mereka berdua berniat untuk menikah. Ikalpun meminta izin
kepada keluarga A Ling agar diizinkan meminang A Ling. Keluarga A Ling pun
menyetujuinya. Tapi sayangnya, ayah Ikal tidak menyetujui anak bujangnya
meminang A Ling
2. HIKAYAT
“Malim Deman”
Malim deman adalah putra raja dari bandan muar
yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya. Setelah besar, malim deman
bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk
mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya. Dengan
pengiring yang banyak, pergilah malim Deman ke rumah nenek kebayan. Dengan
bantuan nenek kebayan juga, ia berhasil mencuri baju layang putri bungsu,
sehingga puteri Bungsu tidak dapat kembali ke kayangan. Nenek kebayan lalu
mengawinkan mereka.
Maka berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar. Jamuan makanan
besar-besaran lalu di adakan. Malim Deman juga
ditabalkan menjadi raja. Tidak lama kemudian Malin Deman gering, lalu mangkat.
Sejak kematian ayahhanda, Malim Deman lali memerintah negeri. Setiap hari ia
asyik menyambung ayam saja. Dalam keadaan yang demikian, Puteri Bungsu pun
melahirkan seorang anak yang diberi nama Malim Dewana. Akhirnya Malim Dewana
besarlah, tetapi Malim Deman tetap tidak mau kembali ke istana melihat
puteranya. Putri Bungsu sangat masyghul hatinya. Kebetulan pula ia menemukan
kembali baju layangnya. Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya
Malim Dewana.
Sepeninggal Puteri Bungsu, barulah Malim Deman menyesal. Tujuh hari
tujuh malam ia tidak beradu, tidak santap, leka dengan
menangis saja. Akhirnya ia berazam pergi mendapatkan istri dan anaknya kembali.
Dengan susah payah, sampailah ia ke rumah nenek kebayan dan bertanya dimana
diperoleh burung borak yang dapat membawanya kekayangan. Dengan bantuan nenek kebayan, tahulah ia
bahwa Puteri Terus Mata ada menyimpan burung borak. Raja jin bersedia
meminjamkan burung borak kepada Malim Deman dengan syarat bahwa Malim Deman
harus kawin dengan anaknya yaitu Puteri Terus Mata. Malim Deman menyanggupi hal
ini.
Sesampainya di kayangan didapatinya Puteri
Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Deman mengalahkan Mambang
Molek dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara keduanya. Mambang
Molek terbunuh. Sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun kembali ke dunia
semula. Perkawinan dengan Puteri Terus Mata lalu diadakan.
Hatta Malim Deman pun menjadi seorang raja
yang sangat bijaksana lagi gagah berani. Dan baginda katiga laki istri juga
sangat sayang kepada Puteranya
PERBANDINGAN
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
PADA NOVEL
DAN HIKAYAT
A). UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL
(A.1)Unsur Intrinsik
1.
Tema
ð Tema yang diambil
dalam novel “Maryamah Karpov” adalah
tentang pengorbanan cinta seseorang kepada orang-orang yang ia sayangi, termasuk sang dambaan hati.
2.
Penokohan
ð Ikal :Selalu ingin tahu
Bukti :”aku penasaran ingin tahu”, ucapnya.
{halaman 151}
ð Ayah :Berbesar hati
Bukti :Namun tiba-tiba
menegakkan tubuhnya. Sejurus kemudian ia berjalan menuju kawan-kawannya. Ayah
menyalami mereka satu per satu untuk mengucapkan selamat
{halaman 11}
ð Ibu :Sabar
Bukti :Menunduk, tekun, tak
banyak cincong.
{halaman 14}
ð Arai :Penakut
Bukti :Rasanya ingin aku
terkencing-kencing. Aku dan Arai tak berani mendekat.
{halaman 159}
ð Lintang :Pintar
Bukti :Aku merinding
mendengarnya. Betapa spektakuler ide ini. {halaman 330}
ð A Ling :Cantik
Bukti :Namun, jika cantik-A
Ling contonya-tatapannya mampu mencairkan tembaga.
ð Mahar :Tidak
putus asa
Bukti :Akhirnya, Mahar tanpa
putus asa hanya tinggal satu harapan lagi yaitu bungkusan yang selalu dibawanya
kemana-mana.
{halaman 407}
ð Kalimut :Gigih
Bukti :Sekecil itu ia telah
mencari nafkah.
{halaman 364}
ð Tuk Bayan
Tula :Sombong
Bukti :Tidak mau memalingkan
wajah.
{halaman 406}
3.
Latar/setting
ð Latar Waktu
Pada novel “Maryamah Karpov” penulis
menceritakan semua kejadian yang dialami penulis ketika berumur 24 tahun.
Dimana ketika penulis sudah selesai menempuh mata kuliahnya di salah satu
Unversitas bagus di Paris. Di dalam cerita di ceritakan kemudian hari-harinya
dijalani penulis di tanah Indonesia yakni di Belitong hingga berumur 25 tahun.
ð Latar Tempat
Pada novel “Maryamah Karpov” penulis banyak
melakukan setting tempat di Belitong. Setting tempat yang biasa terpakai adalah
rumah Ikal, rumah Zakiah, Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi, Sungai Linggang,
dermaga, Pulau Batuan, Pasar Ikan, Sekolah Dasar Laskar Pelangi, Toko Harapan
Bangsa, rumah Puniai, dan lain sebagainya.
ð Latar Suasana
Latar suasana yang ada
dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul juga beragam.
Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut ada penggalan kisah yang
menjelaskan suasana dalam novel :
Suasana senang
“Ikal
dapat menemukan cinta sejatinya yang telah ia cari bertahun-tahun lamanya”
Suasana sedih
“Tapi sayangnya, ayah
Ikal tidak menyetujui anak bujangnya meminang A Ling”.
4.
Alur
ð Campuran.
Bukti : “sungguh menyedihkan keadaan sekolah kami
sekarang. Dulu ia dikucilkan zaman, sekarang ia masih senyam sendirian. Kami
tertegun bergandengan tangan. Tak seorang pun bicara karena kami terlena
mendengar suara Bu Muslimah dari dalam kelas itu, gelak tawa, sedan
tangis,bait-bait puisi, dan dialog sandiwara kami dulu. Lalu mengalun suara
kecil Lintang menyanyikan lagu Padamu Negeri, hanya untuk menyanyikan satu lagu
itu saja ia dengan gagah berani mengayuh sepeda empat puluh kilometer. Dari
rumahnya di pinggir laut: Di kelas itu, meski suaranya sumbang, ia bersenandung
sepenuh jiwa.”
• Eksposisi
(Pendahuluan) :
ketika sang penulis
merindukan seseorang yang ia sayangi.
Bukti:
“Sesuatu kembali menyesaki dadaku. Aku ingin mengayuh sepeda kencang-kencang melewati took itu, tetapi aku tak mampu beranjak. Hatiku terendam air mata rindu,sungguh rindu, sampai rasanya aku membeku. Kemana lagi aku harus mencari A Ling? Semua tempat telah kutempuh, semua orang telah kutanya, tak ada kabar beritanya, tak tahu rimbanya.” (halaman 195)
“Sesuatu kembali menyesaki dadaku. Aku ingin mengayuh sepeda kencang-kencang melewati took itu, tetapi aku tak mampu beranjak. Hatiku terendam air mata rindu,sungguh rindu, sampai rasanya aku membeku. Kemana lagi aku harus mencari A Ling? Semua tempat telah kutempuh, semua orang telah kutanya, tak ada kabar beritanya, tak tahu rimbanya.” (halaman 195)
• Komplikasi
(permasalahan) :
Ketika sang penulis di anggap sakit jiwa.
Bukti:
“Pisang-pisang kipas bernyawa, tiang-tiang bendera bertelinga. Tak
tahu dari siapa, berita aku akan membuat perahu menyebar kemana-mana, dan aku
dituduh sakit jiwa. Sampa-sampai aku tak berani melintas di pasar karena tak
tahan berhari-hari dicela.”
(halaman 237)
• Tahap
peningkatan konflik :
“Dengan aba-aba dari Lintang, pompa dihidupkan. Percobaan pertama,
dan ternyata gagal. Sebab, ternyata sangat susah menggosongkan drum secara
simultan. Empat drum melonjak ke permukaan, jelas tak mampu menggerakkan perhu
sedikitpun. Perahu itu sangat berat seperti sebuah panser yang terbenam. Eksyen
dan komplotannya berteriak-teriak girang melihat kami gagal.”
• Klimaks
(puncak permasalahan) :
“Sementara perahu-perahu anak buah Tambok makin dekat. Lalu
kudengar letupan-letupan senapan. Merekan menembaki perahu kami dengan senapan
rakitan. Mahar menaikkan layar dan aku memutar haluan. Tujuan kami adalah timur
dan angin barat serta merta mendorong kami.
• Penyelesaian
:
“Di tengah hamparan ilalang, A Ling berdiri sendirian menunggu.
Kami hanya diam, tapi A ling tahu apa yang telah terjadi. Ia terpaku lalu
luruh. Ia bersimpuh dan memeluk lututnya. Matanya semerah naga. Ia sensenggukan
sambil meremas ilalang tajam. Seakan tak ia rasakan darah menguncur di
telapaknya. Ia menarik putus kalungnya, menggulungkan lengan bajunya, dan
memperlihatkan rajah kupu-kupu hitam di bawah sinar bulan. Ku katakan padanya
bahwa aku tak’kan menyerah pada apapun untuknya dan akan ada lagi perahu berangkat
ke Batuan. Ku katakan padanya, aku akan membawanya naik perahu itu dan
kami akan melintasi Selat Singapura.
5.Sudut Pandang
ð Sudut pandang yang di
gunakan dalam novel “Maryamah Karpov” adalan sudut pandang orang pertama pelaku
utama.
6.Gaya Bahasa
ð Penggunaan bahasa novel
‘Maryamah Karpov” menggunakan bahasa yang baku.
ð Menggunakan majas atau
ungkapan, contoh :
“Tatapannya mampu
mencairkan tembaga”
7.Amanat
ð Kita sepatutnya
memperjuangkan cinta demi kebahagiaan hidup ini, walaupun cara untuk
memperjuangkan cinta itu penuh dengan pengorbanan
ð Jangan takut untuk
bermimpi. Semua yang kita impikan pasti akan terwujud asal kita berusaha untuk mewujudkannya.
ð Menurut ketentuan agama,
tak boleh mendiamkan orangtua bertanya lebih dari tiga kali.
(A.2) Unsur
Ekstrinsik
v Latar Sosial
kehidupan
masyarakat yang ada pada kehidupan penulis yaitu kebiasaan atau adat
istiadat dari warga Belitong tersebut yang merupakan tanah kelahirannya.
Kehidupan sosial masyarakat sana cenderung obsesif. Seperti yang dilakukan
penulis dalam cerita.
v Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi
penulisan novel. Apalagi novel “Maryamah Karpov” merupakan adaptasi dari cerita
nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang
jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera
Selatan ternyata benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya.
v Latar Belakang Ekonomi
Sebagian masyarakat Belitong
mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan dalam novel
bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua
masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu.
Kelebihan : Banyak hal- hal yang
menarik dalam cerita novel tersebut.
B). UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
(B.1) Unsur Intrinsik
1. Tema
ð Tema yang diambil
dalam hikayat “Malim Deman” adalah
tentang Kehidupan seorang raja.
2.
Penokohan
ð Malim Deman :Bijaksana.
Bukti :“Malim Deman adalah putera raja dari Bandar Muar yang sangat bijaksana, lagi
sangat elok rupanya”
ð Nenek Kebayan :Penolong.
Bukti :Dengan bantuan nenek kebayan juga, ia berasil mencuri selendang putri
bungsu.
ð Putri Bungsu : Mudah tersinggung atau mudah marah.
Bukti : “Puteri Bungsu sangat masyghul hatinya”
ð Raja Jin : Licik.
Bukti : “Raja jin bersedia meminjamkan burung borak kepada Malin Deman dengan syarat
. . .”
ð Malim Dewana : Penurut.
Bukti :
“Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malim Dewana”.
3. Latar/Setting
v Latar Tempat :
·
Bandar Muar
“selang berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”
·
Rumah Nenek Kebayan
“akhirnya, sampailah ia kerumah nenek Kebayan”
·
Kayangan
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu . . .”
v Latar Suasana :
·
Suasana Menegangkan :
“Malim Deman mengalahkan mambang
molek dengan menyambung ayam, maka timbullah pertikaman antara
keduanya”
·
Suasana Senang:
“Sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun kembali ke dunia semula”
4.
Alur
ð Maju
-
Ekposisi
(Tahap perkenalan):
“Malim deman adalah putera
raja dari Bandar Muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”
-
Penampilan
Permasalahan:
“setelah besar, Malim
Deman bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk
mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya”
-
Komplikasi
(Tahap Permasalah) :
“puteri bungsu sangat
masyghul hatinya. Kebetulan pula ia menemukan kembali baju kayangan. Maka ia
pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malin Dewana”
-
Tahap Klimaks :
“sesampainya di kayangan
didapatinya Puteri Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Deman
mengalahkan Mambang dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara
keduanya”
-
Tahap Ketegangan Menurun:
“sekali lagi Malim Deman sekeluarga
pun turun ke dunia semula”.
5. Sudut Pandang
Ø “Akhirnya, sampailah ia kerumah nenek kebayan “
Dari data di atas
digambarkan bahwa penulis menggunakan Sudut pandang orang ketiga serba tahu.
6. Gaya Bahasa
Ø Penggunaan bahasanya
sulit di mengerti.
Ø Menggunakan bahasa
melayu kuno.
Ø Menggunakan kata
penghubung maka dalam awal kalimat, contoh:
“Maka berapa
lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”.
7. Amanat
Ø Keluarga itu sangat penting dalam kehidupan
kita, jadi jangan kita sia-siakan keluarga kita tersebut.
Ø Saling tolong-menolonglah terhadap
sesama, tetapi jangan tolong-menolong dalam berbuat kejahatan.
Ø
Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
(B.2) Unsur Ekstrinsik
v
Nilai Pendidikan
-
Kita harus saling
tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa
pamrih.
v
Nilai Moral
-
Jangan kita terlalu
memaksakan kehendak kita pada orang lain.
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi
segala hal di dalam hidup kita.
v
Nilai Budaya
-
Kita harus saling
menghormati terhadap sesama.
C). PERBEDAAN UNSUR INTRINSIK
DAN EKSTRINSIK NOVEL DAN
HIKAYAT
(C.1) Perbedaan Unsur Intrinsik Novel dan Hikayat
Perbedaan unsur
intrinsik yang paling menonjol antara novel “Maryamah Karpov” dengan
hikayat “Malim Deman” adalah gaya bahasanya. Yakni, susunan kalimat,
pilihan kata dan ekspresi bahasa. Novel ini cenderung di tulis dengan susunan
kalimat yang efektif, kominikatif dan menggunakan bahasa yang baku.
Adapun
hikayat “Malim Deman” ini, susunan kalimat nya panjang-panjang, bertele-tele
dalam mengungkapkan sesuatu, dan menggunakan bahasa melayu kuno yang sulit di
mengerti.
Perbedaan lainya, terdapat pada:
ð Tema (novel “Maryamah Karpov” tentang pengorbanan cinta
seseorang kepada orang-orang yang ia
sayangi, termasuk sang dambaan hati. Sedangkan hikayat “Malim Deman” adalah
tentang Kehidupan seorang raja).
ð Penokohan (novel
“Maryamah Karpov” tokoh yang dijelaskan wataknya ada 9 orang, sedangkan pada
hikayat “Malim Deman” tokoh yang di
jelaskan wataknya hanya 5 orang).
ð Latar/setting, bagian latar waktu
( novel “Maryamah Karpov” latar waktu nya diketahui secara jelas,
sedangkan pada hikayat “Malim Deman” latar waktunya tidak diketahui secara
jelas).
ð Alur (novel “Maryamah Karpov” alur yang digunakan adalah alur
campuran, sedangkan pada hikayat “Malim Deman” alur yang digunakan adalah alur maju).
ð Sudut pandang, (novel “Maryamah Karpov” menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama, sedangkan
pada hikayat “Malim Deman”
menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu).
ð Amanat, ( amanat yang disampaikan antara novel “Maryamah Karpov” dengan hikayat “Malim Deman”pun berbeda).
(C.2) Perbedaan Unsur Ekstrinsik Novel dan Hikayat
Unsur ekstrinsik novel “Maryamah
karpov” hanya menjelaskan tentang:
Ø Latar sosial
Ø Latar belakang tempat tinggal
Ø Latar belakang ekonomi
Sedangkan unsur ekstrinsik
pada hikayat “Malim Deman” hanya menjelaskan tentang:
Ø Nilai moral
Ø Nilai pendidikan
Ø Nilai budaya
D). PERSAMAAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL DAN
HIKAYAT
(D.1) Persamaan Unsur Intrinsik Novel dan Hikayat
Persamaan
unsur intrinsik antara novel “Maryamah Karpov” dengan hikayat “Malim Deman” terletetak pada urutan sistematika nya. yakni:
Ø Tema
Ø Penokohan
Ø Latar/setting
Ø Alur
Ø Sudut pandang
Ø Gaya bahasa
Ø Amanat
Persamaan lainya terletak pada
latar/setting. Novel “Maryamah Karpov” dengan hikayat “Malim Deman” sama-sama terdapat latar tempat dan latar
suasana.
(D.2) Persamaan Unsur Ekstrinsik Novel dan Hikayat
Dari data yang saya dapatkan, ternyata tidak
ada persamaan unsur ekstrinsik antara novel
“Maryamah Karpov” dengan hikayat
“Malim Deman”.
E). KESIMPULAN
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat
adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi
sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk
akal, penuh keajaiban.
Novel dan hikayat
merupakan karya sastra yang memiliki
persamaan dan perbedaan pada unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik nya. Adapun
persamaan unsur intrinsik nya terdapat pada penyusunan sistematikanya. Di mulai
dari; tema, penokohan, alur, latar/settting, sudut pandang, gaya bahasa dan
amanat.
Perbedaan unsur
intrinsik yang paling menonjol antara novel dengan hikayat adalah gaya bahasanya. Yakni, susunan kalimat,
pilihan kata dan ekspresi bahasa. Novel cenderung di tulis dengan susunan
kalimat yang efektif, kominikatif dan menggunakan bahasa yang baku. Sedangkan hikayat,
susunan kalimat nya panjang-panjang, menggunakan bahasa istana, bertele-tele dalam mengungkapkan sesuatu, dan menggunakan bahasa
melayu kuno yang sulit di mengerti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar