Menjadi Mulia bersama Al-Qur’an
“Aku tinggalkan sesuatu yang jika
berpegang teguh pada keduanya, kalian tak akan sesat selama-lamanya, yaitu
Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” Pesan Rasulullah SAW dalam haji wada’ itu
tidak asing lagi ditelinga kita. Namun, seberapa banyak dari kita yang sudah
melaksanakan pesan tersebut??
Kedekatan seseorang dengan
Al-Qur’an, dapat dilihat dari sejauh mana umat Islam membaca, mentadabburi,
menghafal dan mengamalkannya. Menurut hasil penelitian Lembaga Survei Indonesia
(LSI) dan Gothe Institute tahun lalu menunjukkan, dari 1496 remaja Muslim
Indonesia berusia 15-25 tahun yang menjadi responden, hanya 10,8 persen yang
selalu membaca Al-Qur’an. Mayoritas atau 61,1 persen menyetakan kadang-kadang
dan 0,3 persen tidak pernah membaca Al-Qur’an. Lalu, bagaimana dengan penghapal
Qur’an (huffaz)?? Berdasarkan pada hasil penelitian tahun 2010, jumlah huffaz
di Indonesia sekitar 30 ribu orang dari 240 juta umat Islam, di Arab Saudi
sekitar 6000 huffaz dari 27,1 juta jiwa penduduk Arab, dan 1,4 juta huffaz dari
7 juta penduduk Libya. Bandingkan dengan Daerah Gaza di Palestina, terdapat
sekitar 60 ribu huffaz (penghafal qur’an) dari 1,7 juta jiwa penduduk Gaza.
Melihat data tersebut, kita layak
memberikan apresiasi tinggi pada penduduk Gaza. Suasana perang tidak
menghalangi mereka untuk menghafal Al-Qur’an. Bertolak belakang dengan kondisi
di negeri kita yang aman tentram, namun tak banyak Muslim yang tergerak hatinya
untuk dekat dengan Al-Qur’an.
Direktur Pesantren tahfiz sekolah Darul
Qur’an Internasional Bandung menceritakan pengalaman saat kunjungan ke Gaza,
Mei 2012, Gaza merupakan Negara dengan pengaruh Qur’an yang begitu kuat.
Disana, hampir semua orang menghafal Al-Qur’an. Terutama para pemimpin, mulai
dari Perdana Mentri, anggota perlemen, hingga para profesional seperti dosen,
insinyur, dokter. Dan hasilnya luar biasa.
Di gaza, hasil pertanian melimpah,
padahal petani hanya mengandalkan pengairan dari air hujan. Inilah berkah
negeri para pejuang yang selalu dekat dengan
Al-qur’an .Tanahnya subur karena disiram oleh darah syuhada.
Muslim di sana melaksanakan ajaran
islam dengan penuh kesadaran. Mesjid selalu penuh. Para wanita menutup aurat
dengan sempurna. Muslimah-muslimah bermental baja dengan sukarela melepas suami
dan anak lelakinya untuk berjihad. Generasi muda tak ketinggalan, gagah dan
berani mereka melawan tentara Israel.
Keindahan
kondisi masyarakat di bawah naungan Al-qur’an, membuat mereka menjadi mulia.
Gaza
seperti itu, karena mereka mengamalkan Al-qur’an dengan penuh kesadaran. Para
pemimpin Gaza, melakukan tarbiyah Qur’ani atau pendidikan berlandaskan
Al-qur’an. Kondisi peperangan turut memberi andil dalam membuat mereka selalu
waspada, tidak melakukan aktivitas yang sia-sia.
Di
Indonesia sebetulnya juga terdapat penghafal Al-Qur’an. Namun, itu saja tidak
cukup. Menjadi penghafal Al-Qur’an tidak sekedar menghafal secara textbook. Melainkan harus menegakkan
hukum Allah yang berpedoman pada Al-Qur’an.
Mengapa
kita semua harus menjalankan kehidupan dengan berpedoman kepada kitab Al-Qur’an
? Karena Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber hukum, Al-Qur’an juga mencakup
segala segi aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, pendidikan, hukum dan lain
sebagainya. Kitab (Al Quran) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Al-Baqarah :2).
Namun,
apakah makna dari ayat tersebut sudah terealisasi dengan baik? Justru disaat
sekarang ini nilai Al-Qur’an di dalam kehidupan bermasyarakat sudah mulai
bergeser. Al-qur’an yang seharusnya menjadi petunjuk jalan, malah dikesampingkan dan justru menjadikan Google sebagai petunjuk jalan.
Padahalah segala sesuatu itu bersumber dari Al-qur’an. Teknologi-teknologi juga
diatur dalam Al-Qur’an. Tapi mengapa kita justru lebih mengandalkan google dari
pada Al-Qur’an? Padahal Rasulullah sendiri menegaskan kepada kita semua untuk
senantiasa berpegang teguh pada Kitabullah. Tetapi mengapa ketika menghadapi
masalah yang dicari justru google, bukan Al-qur’an?
Al-qur’an
sudah menceritakan bagaiman keadaan umat-umat terdahulu, kini, dan yang akan
datang. Al-qur’an diturunkan Allah
kepada nabi Muhammad. Dan kemurnian al-qur’an itu sendiri Allah yang akan
menjaganya. Dan jika kamu
(tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran
itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar(Al-Baqarah:23). Dari ayat tersebut Allah menegaskan bahwa tidak ada
suatu hal pun yang dapat menyamai isi Al-qur’an. Maka dari itu kita sebagai
umat manusia hendaknya menjadikan teknolgi sebagai sarana belajar, namun tetap
menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman, yang InsyaAllah akan mengantarkan kita
pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar