BAMBU BUNTU

Jumat, 26 Oktober 2012

Hikayat Hang Tuah


Hikayat Hang Tuah

Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orangdi Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepadasemua rakyatnya.Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepadaistrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu,apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebihmudah mencari pekerjaan.”Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun danmengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sepertiwangi-wangian.
Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepadaistri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsungmemandikan dan melulurkan anaknya. Setelah itu,   ia memberikan  anaknya itu kain,baju,  dan ikat  kepala serbaputih.  Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam,ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untukHang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu.Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh. ”Keesokan harinya,  seperti biasa Hang Tuah  membelah kayu untukpersediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orangyang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik took meninggalkan tokonya dan melarikan  diri ke kampong.  Gemparlah negri  Bintan itu dan terjadi  kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?”Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit danpegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.”Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju  Hang  Tuah samil  menghunuskan  kerisnya.
  Maka ibunya  berteriak dari atas toko, katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!”Hang Tuah mendengarkan kata ibunya,  iapun langsung bangkit berdiri danmemegang kapaknya menunggu amarah  pemberontak itu. Pemberontak itu datangke hadapan Hang Tuah lalu  menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang  Tuah punMelompat  dan mengelak dari  tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkankapaknya ke kepala orang itu,  lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kataseorang anak  yang menyaksikannya, ”Dia akan menjadi perwira besar di  tanahMelayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi,Hang Lekir, dan Hang Leku Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang  Tuah.
Hang Jebat danHang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?” Hang  Tuah  pun  tersenyum  dan  menjawab, ”Pemberontak  itu tidak  pantasdibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.”Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sangHang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja.Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hatikepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang aja. Maka saat sang  Baginda sedang  duduk di tahtanya  bersama parabawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalumenyembah Sang Raja,  “Hormat tuanku,  saya mohon  ampun dan berkat,  adabanyak  berita tentang  penghianatan yang sampai kepada saya.
Berita-berita itusudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai  saya. ”Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalubertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab,  “Hormat tuanku, pegawai sayayang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan halini.”Maka Baginda bertitah, Hai Tumenggung,  katakana  saja,  kita  akan membalasanya. ”Maka Tumenggung menjawab,  “Hormat tuanku,  saya  mohon ampun  dan  berkat, untuk  datang  saja hamba  takut,  karena  yang melakukan hal itu, tuan sangatmenyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak,alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selainHang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada  hamba,hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicaradengan seorang perempuan di istana tuan ini.
 Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba  takut ia melakukan  sesuatu  pada  perempuan itu, maka hambadengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.”Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah  padam.  Lalu ia  bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,“Pergilah, singkirkanlah si durhaka  itu!”Maka Hang  Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si  Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah.Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana iaduduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu Dengan  seseorang,  lalu  ditanyainya  orang itu dan  ia  berkata,  “Tidakkah tuan inginmempunyai istri? ”Lalu jawabnya,  “Saya  tidak ingin mempunyai istri lagi.” Demikianlah  cerita  Hikayat  Hang Tuah.

Tidak ada komentar: